Mutasi Virus Corona yang Bisa Pengaruhi Keampuhan Vaksin

CNN Indonesia
Kamis, 03 Sep 2020 19:39 WIB
Ahli mengungkap jenis mutasi virus corona yang bisa pengaruhi keampuhan vaksin dan obat Covid-19.
Ilustrasi mutasi virus corona (Dok. CNN.com)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain (LIPI) Wien Kusharyoto menyatakan mutasi virus corona SARS-CoV-2 bakal mengurangi efektivitas jika terjadi perubahan pada protein atau enzim yang ditargetkan oleh obat dan vaksin.

Selama ini, menurut Wien mutasi virus corona yang terjadi belum sampai mengubah protein spike virus tersebut.

"Vaksin dapat berkurang aktivitasnya apabila pada virus terjadi jumlah mutasi yang signifikan," ujar Wien kepada CNNIndonesia.com, Kamis (3/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro menyebut virus corona SARS-CoV-2 dengan varian strain mutasi D614G yang disebut 10 kali lebih menular tidak lebih ganas dan berbahaya.

Menurutnya, virus mutasi ini sudah mendominasi virus corona yang menjadi pandemi dunia saat ini. Sehingga, virus yang bermutasi ini disebut tidak lebih ganas dan berbahaya.

Selain itu, menurut pria yang akrab disapa Bambroj itu, tidak ada bukti kalau mutasi virus ini tidak akan mengganggu upaya buat vaksin. Sebab, mutasi ini tidak menyebabkan perubahan struktur maupun fungsi RBD yang merupakan bagian dari virus spike yang jadi target vaksin.

Lebih lanjut, Wien menuturkan hanya mutasi yang signifikan dengan mengubah protein membuat antibodi yang terbentuk karena vaksinasi dengan vaksin tidak mampu lagi menetralisir virusnya sebagaimana seharusnya.

Semetara sejauh ini, dia berkata mutasi-mutasi pada virus SARS-CoV-2, terutama pada protein Spike masih jarang terjadi.

"Dan lokasi mutasi tersebut kemungkinan besar tidak berpengaruh terhadap efektifitas vaksin," ujarnya.

Wien menyebut beberapa mutasi virus memang bisa mengurangi hingga menghilangan efektifitas obat antivirus.

Ia mencontohkan antibiotika isoniazid dapat berkurang atau hilang efektivitasnya dalam penanganan tuberkulosis karena mutasi pada enzim katalase-peroksidase KatG pada Mycobacterium tuberculosis.

"Pada kasus antibiotika, berkurangnya efektivitas dapat pula terjadi, apabila antibiotika tersebut didegradasi oleh enzim lain yang diproduksi oleh bakteri targetnya, misalnya amoksilin dapat didegradasi oleh enzim beta-laktamase," ujar Wien.

Wien menambahkan mutasi asam amino pada virus dapat mempengaruhi terjadinya perubahan pola glikosilasi pada permukaan virus, seperti pada HIV yang mengakibatkan netralisasi virus oleh antibodi dapat juga terganggu.

(jps/eks)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER