Ahli mengatakan pengembangan vaksin secara umum membutuhkan waktu 3 hingga 15 tahun sebelum diproduksi secara massal.
Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo mengatakan pengembangan vaksin membutuhkan waktu lama untuk memastikan keamanan dan kemanjuran vaksin.
"Biasanya perlu 3-4 tahun sejak pra klinis, uji klinis fase 1, 2, 3, dan itupun mayoritas banyak gagal," ujar Ahmad saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (15/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengujian keamanan dan kemanjuran itu harus dilakukan dengan studi observasi pada manusia. Studi observasi dalam uji klinis itu untuk memastikan tidak terjadi efek samping dan juga untuk memastikan kemanjuran.
Ahmad menjelaskan studi tersebut memang bisa dipercepat seperti yang terjadi dalam pengembangan vaksin Covid-19. P
engembangan vaksin bisa dipercepat dengan mengadopsi human challenge di mana semua relawan yang diberikan plasebo dan vaksin dengan sengaja dipaparkan ke virus SARS-CoV-2.
Akan tetapi hal ini menimbulkan risiko besar lantaran relawan bisa saja terinfeksi Covid-19. Sementara obat Covid-19 belum ditemukan hingga saat ini.
"Tapi itu tentu berisiko apalagi kita belum punya obatnya," kata Ahmad.
Dihubungi terpisah, ahli Pandemi & Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman malah mengatakan dibutuhkan 10 hingga 15 tahun untuk mengembangkan vaksin. Bahkan vaksin HIV membutuhkan waktu lebih dari 20 tahun.
Dicky menjelaskan pengembangan vaksin Covid-19 saat ini merujuk pada pengembangan vaksin Zika yang selesai dalam 18 bulan. Jalur cepat pengembangan vaksin sudah ditemukan dalam riset Zika.
Namun patut diingat meski riset vaksin Zika menemukan metode jalur cepat, hasil vaksinnya dianggap belum efektif. Hal ini membuat riset pengembangan vaksin Zika terus dilakukan.
Oleh karena itu, Dicky mengatakan metode jalur cepat yang diambil vaksin Covid-19 belum tentu bisa menghasilkan vaksin yang manjur tanpa ada efek samping.
"Jalur cepat yang dipakai untuk riset vaksin Covid-19, memakai jalur percepatan fast track yang kolaboratif secara global. Tapi bahwa itu akan berhasil ya tidak ada jaminan. Itu Zika yang fast track juga belum sukses," kata Dicky.
Sebelumnya, Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset Nasional (Kemenristek/ BRIN) menargetkan akan memproduksi vaksin Merah Putih pada kuartal ketiga 2021.
Sementara itu, vaksin Covid-19 buatan perusahaan China, Sinovac Biotech yang akan diproduksi di Indonesia juga ditargetkan akan diproduksi pada awal 2021. Riset pengembangan vaksin ini dilakukan hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun.
(jnp/eks)