Ahli Ungkap Penyebab Bunga di Seluruh Dunia Berubah Warna

CNN Indonesia
Jumat, 02 Okt 2020 11:29 WIB
Warna bunga-bunga di seluruh dunia telah berubah dengan cepat selama 75 tahun terakhir, salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim.
Ilustrasi warna bunga di dunia berubah. (Istockphoto/ Valerie Loiseleux)
Jakarta, CNN Indonesia --

Beradaptasi atau musnah. Dua prinsip itu yang diduga menjadi penyebab warna bunga di dunia terpaksa harus berubah.

Melansir dari IFL Science, ada riset terbaru yang membuktikan bahwa warna bunga-bunga di seluruh telah beradaptasi dengan cepat selama 75 tahun terakhir yang merupakan imbas dari perubahan iklim atau kenaikan suhu dan penipisan ozon dengan mengubah pigmen ultraviolet (UV) pada kelopaknya.

Adalah ilmuwan dari Clemson University yang mengklaim telah mengamati lebih dari 1.200 spesimen tanaman yang diawetkan dari 42 spesies berbeda dari tiga benua. Sampe bunga yang diambil dari tahun 1941 hingga 2017 itu sudah dipublikasikan di jurnal Current Biology.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka kemudian meneliti kadar pigmentasi bunga menggunakan kamera yang sensitif terhadap ultraviolet. Hasil studi menunjukkan bahwa pigmentasi bunga yang menyerap sinar UV, meningkat sepanjang paruh kedua abad ke-20.

"Dan tingkat pigmentasi UV pada kelopak juga meningkat secara global dengan rata-rata 2 persen setiap tahun, selama tujuh dekade terakhir. Peningkatan kadar pigmen selama beberapa dekade ini juga berkaitan erat dengan peningkatan suhu dan penurunan ozon di atmosfer," tulis penelitian tersebut.

Peneliti menyebutkan bahwa ozon merupakan gas yang ditemukan pada lapisan stratosfer Bumi yang menyerap sinar ultraviolet dari Matahari. Dengan menurunnya jumlah ozon sejak tahun 1970-an, maka tanaman dan makhluk hidup lainnya menjadi lebih terpapar pada radiasi ultraviolet.

Melansir Sciencemag, perubahan iklim juga memicu radiasi UV semakin intens. Tanaman membutuhkan sinar matahari untuk tumbuh, tapi sama seperti kulit manusia, terlalu banyak radiasi ultraviolet juga dapat membahayakan mereka.

Pigmen pada bunga ini tidak terlihat oleh manusia seperti merah kelopak mawar atau kuning bunga bakung. Banyak pigmen, termasuk pigmen UV, tidak terlihat oleh mata manusia, tetapi digunakan oleh bunga untuk menarik penyerbuk dan melindungi dari radiasi UV.

Karena itu, meskipun bunga-bunga tersebut mungkin tidak terlihat terlalu berbeda saat ini di mata manusia, tapi tumbuhan itu telah mengalami perubahan yang signifikan dalam waktu yang sangat cepat, dalam upaya untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang berubah-ubah.

Namun, tidak semua kelopak bunga terkena dampaknya secara merata. Peneliti mengungkapkan bahwa tanaman yang mengalami penurunan ozon yang lebih besar menunjukkan peningkatan pigmentasi yang lebih besar.

Di sisi lain, tanaman dengan serbuk sari yang terpapar juga lebih mungkin mengalami peningkatan pigmentasi karena bagian ini sangat sensitif terhadap UV dan tekanan suhu tinggi dapat membuat serbuk sari tidak subur.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa perubahan pigmen ini dapat berdampak besar pada kinerja reproduksi tanaman karena pewarnaan adalah salah satu alat utama untuk menarik penyerbuk.

Kontras antara bagian kelopak yang menyerap UV dan yang memantulkan UV mungkin menjadi teredam setelah melakukan adaptasi ini, sehingga membuat tanaman menjadi lebih sulit menarik perhatian penyerbuk.

(dal/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER