Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Evy Arida menyatakan pembangunan di habitat komodo tidak bisa terelakkan. Dia mengatakan pembangunan itu sudah terjadi sejak lama.
"Pembangunan tidak terelakkan ya untuk Indonesia," ujar Evy kepada CNNIndonesia.com, Selasa (27/10).
Evy mengaku telah mendapat informasi bahwa ada pembangunan di Pulau Rinca, salah satu habitat komodo di Taman Nasional Komodo. Sebab, dia mengatakan peradaban manusia sudah ada sejak beberapa tahun lalu di pulau tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia berkata sekelompok masyarakat yang mayoritas nelayan telah ada di pulau itu untuk membangun pemukiman hingga berternak. Hingga pada akhirnya berkembanglah pariwisata di sana.
"Mungkin bagian dari fungsi taman nasional adalah untuk wisata, bukan seperti cagar alam tidak digunakan untuk wisata, tapi untuk penelitian, pengembangan, dan perlindungan," ujarnya.
Lebih lanjut, Evy meyakini pembangunan 'Jurassic Park' oleh pemerintah di Pulau Rinca telah melalui berbagai pertimbangan dan kajian. Namun, dia tidak membenarkan pembangunan di habitat komodo.
Dia hanya menilai pembangunan fasilitas wisata di habitat komodo merupakan cara terakhir untuk memperkenalkan komodo, selain dari cara sebelumnya yang telah dilakukan seperti menampilkannya di kebun binatang atau bertukar hewan endemik dengan negara lain.
"Tetapi ada juga cara yang lebih alami, jadi datang langsung ke habitatnya," ujarnya.
Evy menilai anggapan pembangunan akan memberi dampak negatif terhadap kehidupan komodo adalah hal yang berlebih. Dia melihat hal itu hanya ketakutan sejumlah pihak semata.
Pasalnya, dia kembali mengingatkan bahwa pembangunan sesudah terjadi sejak lama di habitat komodo. Namun, dia menegaskan tidak menyalahkan migrasi manusia ke habitat komodo karena bisa memberi dampak positif dan negatif.
"Jadi konflik dengan manusia ada atau tidak ada pembangunan saat ini itu sudah terjadi, khususnya di Rinca. Kalau di Pulau Komodo dan yang lain tidak begitu, karena manusianya juga sedikit dan wilayahnya lebih luas," ujar Evy.
Terkait pembangunan yang terjadi saat ini, dia hanya mengingatkan agar pihak terkait untuk berhati-hati. Dia meminta pekerja proyek untuk mematuhi berbagai peraturan terkait dengan konservasi.
Evy mengaku tidak ada kajian khusus yang melihat populasi komodo akibat pembangunan di habitatnya. Namun, data TN Komodo memperlihatkan bahwa populasi komodo stabil dalam beberapa tahun terakhir.
"Data ini stabil, jadi atau carrying capacity dari populasi komodo memang kecil. Tidak bisa komodo kemudian diternakkan seperti domba atau ayam hingga diekspor ke luar negeri. Komodo memang unik," ujarnya.
Lebih dari itu, Evy berpendapat ekowisata merupakan hal yang menarik dan penting. Sebab, dia mengingatkan komodo adalah hewan yang hanya bisa ditemukan di Indonesia.
Dengan cara itu, dia berkata Indonesia bisa mengedukasi masyarakat dunia.
"Barangkali ini sumbangan Indonesia untuk masyarakat dunia bahwa ada hewan langka yang menarik sekali sejarah evolusinya dan banyak aspek lainnya yang belum tergali," ujar Evy.
Lihat juga:Komodo Terancam Punah pada 2050 |