Sputnik V adalah vaksin Covid-19 buatan Rusia yang terdaftar pertama di dunia, sudah disebar dan digunakan publik per Agustus. Vaksin ini telah menuai kritikan dari kalangan ilmuwan karena kajian uji klinis tidak dibuka dan namanya yang diambil dari satelit pertama Rusia diduga bagian dari mencari popularitas.
Menurut situs resminya, saat ini vaksin tersebut berada di antara 10 kandidat vaksin teratas yang mendekati akhir uji klinis dan akan mulai diproduksi massal oleh WHO.
Uji klinis Sputnik V yang sedang berlangsung di Rusia saat ini melibatkan 40 ribu sukarelawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir Al-Jazeera, vaksin ini diharapkan dapat memberikan kekebalan hingga dua tahun menurut Kementerian Kesehatan Rusia.
Vaksin ini diberikan dalam dua dosis dan terdiri dari dua serotipe adenovirus manusia, masing-masing membawa antigen S dari virus corona baru, yang masuk ke sel manusia dan menghasilkan respons imun.
Metode itu disebut vaksin vektor virus, artinya menggunakan virus lain untuk membawa pengkodean DNA dari respons kekebalan yang dibutuhkan ke dalam sel.
Platform yang digunakan untuk vaksin ini dikembangkan oleh para ilmuwan Rusia selama 20 tahun dan telah menjadi dasar untuk beberapa vaksin pada masa lalu, termasuk yang melawan Ebola.
Kabar terbaru menjelaskan vaksin Sputnik V kembali bikin kontroversi sebab dilaporkan ada tiga dokter yang dinyatakan terinfeksi Covid-19 setelah disuntik vaksin tersebut. Sebelum disuntik vaksin, ketiga dokter dinyatakan negatif Covid-19.
"Tiga dari 42 dokter, yang merupakan pertama disuntik vaksin untuk melawan infeksi virus corona, terjangkit virus corona," kata Kementerian Kesehatan dilansir dari The Mirror.
Kepala dokter penyakit menular di wilayah Altai, Irina Pereladova ,mengatakan, ketiga dokter tersebut semuanya telah pulih. Tetapi para pejabat tidak tahu kapan para dokter itu terinfeksi.
Pereladova awalnya mengatakan bahwa tiga petugas medis terinfeksi dalam 24 jam antara tes negatif dan suntikan pertama.
Sejak saat itu, Kementerian Kesehatan mengakui bahwa para dokter mungkin tertular penyakit tersebut meski telah menerima satu atau bahkan dua suntikan.
"Seseorang dianggap divaksinasi dan, karenanya, terlindungi dari infeksi virus corona hanya tiga minggu setelah vaksinasi kedua," kata pejabat Kementerian Kesehatan Rusia seperti dikutip BGR.
(din/fea)