Militer Turki dilaporkan telah menguji sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia. Uji coba dilakukan dengan menembakkan S-400 Rusia di provinsi Laut Hitam Sinop.
Tindakan Turki melakukan uji coba sistem itu berpotensi menimbulkan ketegangan dengan Amerika Serikat (AS). Sebab, AS mengatakan S-400 adalah ancaman bagi pesawat siluman.
Melansir Army Technology, S-400 adalah sistem rudal pertahanan udara yang dikembangkan oleh Almaz Central Design Bureau, Russia. Sistem baru itu menggantikan sistem pertahanan udara S-300 dan S-200 milik Angkatan Darat Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sistem pertahanan udara S-400 Triumph mengintegrasikan radar multifungsi, sistem deteksi, dan penargetan otonom, sistem rudal anti-pesawat, peluncur, serta pusat komando dan kendali. Sistem itu juga mampu menembakkan tiga jenis rudal untuk menciptakan pertahanan berlapis.
Sistem rudal S-400 menggunakan empat jenis rudal baru selain rudal dari sistem S-300. Rudal pertama yang dipasang untuk sistem ini adalah 48N6DM (48N6E3). Itu adalah varian rudal yang ditingkatkan dari 48N6M dengan sistem propulsi yang bertenaga. Rudal tersebut dapat menghancurkan target udara dalam jarak 250 km.
Sedangkan Rudal 40N6 pada S-400 diklaim memiliki jangkauan 400 km dan menggunakan radar homing aktif untuk mencegat target udara pada jarak yang sangat jauh. Rudal dapat beroperasi di bawah dukungan sistem radar pada pesawat AWACS, J-STARS, EA-6B dan target bernilai tinggi lainnya.
S-400 juga dapat meluncurkan rudal darat-ke-udara jarak menengah 9M96E dan 9M96E2. Dirancang untuk dampak langsung, rudal dapat menyerang target yang bergerak cepat seperti pesawat tempur dengan probabilitas serangan tinggi. Kisaran maksimum rudal 9M96 adalah 120 km.
S-400 menggunakan peluncur SP85TE2 yang dipasang pada truk traktor BAZ-64022 6 × 6 atau kendaraan Transporter-Erector-Launcher (TEL) seri MAZ-79100. Kendaraan TEL dapat membawa hingga empat tabung peluncuran yang menampung campuran rudal.
S-400 juga diketahui memiliki sistem komando dan kontrol 55K6E yang berada pada kendaraan Ural-532301. Kendaraan itu dilengkapi dengan konsol LCD untuk memproses data pengawasan ruang udara.
Ural-532301 juga mengontrol dan memantau radar pengawasan jarak jauh, melacak ancaman di udara, memprioritaskan ancaman, dan mengkoordinasikan baterai lainnya. Sistem 55K6E juga mampu bertukar data dengan sistem pertahanan lain seperti SA-12, SA-23, dan S-300.
Pengendali tembakan dan radar pelacak target dari S-400 adalah 92N6E (Gravestone). Radar ditempatkan pada kendaraan MZKT-7930 8×8. Radar pengintaian dan pelacakan 96L6 Cheese Board 3D secara opsional dibawa oleh kendaraan yang sama ketika baterai S-400 dipasang secara otonom.
Radar itu dapat mendeteksi dan melacak pesawat, helikopter, rudal jelajah, peluru kendali, drone, dan roket balistik dalam jarak 600 km, secara bersamaan juga dapat melacak hingga 300 target.
Melansir Missile Threat, pengembangan S-400 dimulai pada 1993. Pengujian sistem itu dimulai pada akhir 1999 atau awal 2000.
70 hingga 80 persen teknologi yang digunakan S-400 diambil dan diadaptasi dari S-300, seperti wadah penyimpanan rudal, peluncur, dan radar.
Sistem S-400 pertama mulai beroperasi pada 2007. Kala itu, sistem itu digunakan Korps Pertahanan Udara Rusia yang bertanggung jawab untuk mempertahankan Moskow. Sejak saat itu, S-400 digunakan dalam berbagai misi, seperti di Kaliningrad, Suriah, hingga Krimea.
Selain digunakan oleh pasukan Rusia, sistem tersebut juga sedang dipasarkan ke negara lain. Pada 2015, China menandatangani perjanjian dengan Rusia untuk membeli enam batalyon sistem tersebut. Pada 2016, India juga membuat kontak untuk membeli lima batalyon S-400.