Pfizer (BNT162) dan Moderna (mRNA-1273) sama-sama telah mengumumkan klaim tingkat efektivitas vaksin corona mereka.
Kedua dua perusahaan pengembang vaksin Covid-19 mengklaim bahwa kandidat vaksin Covid-19 yang mereka buat menunjukkan hasil yang sangat positif. Pfizer menyebut vaksin mereka 90 persen efektif, sementara Moderna mengklaim 94,5 persen efektif.
Kedua pengumuman ini membuat kabar baik yang menguatkan sentimen positif di tengah pandemi corona. vaksin untuk mencegah Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2 pun mulai menemui titik terang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pfizer dan Moderna sama-sama menggunakan teknologi yang dikenal sebagai mRNA. Vaksin mRNA tidak menggunakan virus utuh. Melainkan hanya memotong sebagian RNA virus. Bagian virus yang dipotong adalah bagian yang digunakan virus untuk hinggap di sel manusia dan menginfeksi.
Dengan memotong bagian tersebut, diharapkan tubuh bisa bereaksi menciptakan antibodi yang dapat mengenali dan mencegah bagian virus yang menjadi jalan masuk ke sel manusia.
Keuntungan vaksin mRNA adalah lebih cepat diproduksi ketimbang vaksin lain. Karena produksi cepat, maka diperkirakan bakal menekan ongkos produksi. Namun, kelemahan vaksin ini diperkirakan tak seampuh vaksin yang menggunakan virus utuh yang sudah dilemahkan. Masih butuh banyak pendorong sampingan
Meski sama-sama berjenis vaksin mRNA, namun ada perbedaan kedua vaksin itu, sebagai berikut.
Melansir NDTV, Pfizer yang berkolaborasi dengan BioNTech mengklaim bahwa efektivitas vaksinnya mencapai 90 persen. Sedangkan Moderna yang berkolaborasi Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) dan BARDA menyebut efektifitas vaksinnya mencapai 94,5 persen.
Otoritas kesehatan Amerika Serikat merilis pedoman yang mengatakan setiap suntikan harus efektif setidaknya 50 persen.
Meskipun meyakinkan, hasilnya masih pendahuluan. Hasil studi lengkap belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review untuk diteliti oleh ilmuwan lain dan belum diketahui berapa lama vaksin dapat menawarkan perlindungan, atau apakah mereka akan bekerja dengan baik di seluruh dunia, pada semua kelompok umur dan etnis.
Vaksin Pfizer harus disimpan dalam suhu ultra-dingin, yakni minus 70 derajat Celsius hingga beberapa hari sebelum digunakan. Sementara vaksin Moderna dilaporkan stabil pada suhu lemari es yang berkisar 2-7 derajat Celsius selama 30 hari, jauh lebih lama dari perkiraan sebelumnya tujuh hari.
Vaksin Moderna dapat disimpan dalam freezer untuk jangka waktu yang lebih lama dan tidak memerlukan fasilitas khusus yang diperlukan seperti vaksin Pfizer.
Vaksin Moderna dijual dalam harga sangat mahal. Satu dosis vaksin Moderna dibanderol dengan harga sekitar US$38 atau Rp535 ribu (kurs Rp14.090), jauh lebih tinggi daripada vaksin Pfizer yang dijual US$20 atau Rp281 ribu.
Meski mahal, satu dosis mRNA vaksin Moderna mencapai 100 mikrogram. Sedangkan Pfizer hanya 30 mikrogram.
Melansir Barrons, vaksinasi dengan menggunakan vaksin Pfizer dan Moderna dilakukan dua kali. Dalam uji klinisi, vaksdosis kedua vaksin Pfizer diberikan setelah 21 hari pasien menerima dosis vaksin pertama.
Sedangkan vaksin dosis kedua Moderna diberikan setelah 14 hari pasien menerima dosis vaksin pertama.
Pfizer telah melakukan pemberian dosis kedua kepada 39 ribu relawan. Sedangkan Moderna kepada 30 relawan.
Pfizer menyebutkan tidak ada masalah keamanan dalam pengumumannya. Moderna memberikan rincian lebih lanjut, melaporkan tidak ada efek samping yang serius, serta rasa sakit dan nyeri yang mengganggu yang khas di antara penerima vaksin.
Pfizer dan BioNTech berharap dapat memproduksi secara global hingga 50 juta dosis vaksin pada tahun 2020 dan hingga 1,3 miliar dosis pada tahun 2021.
Sedangkan Moderna mengaku akan memproduksi 500 juta hingga 1 miliar dosis per tahun, mulai tahun 2021.
(jps/eks)