Ilmuwan Universitas Bristol Inggris menggunakan teknik pencitraan 3D menggunakan CT Scan atau alat digital untuk membangun kembali otak Dinosaurus jenis Thecodontosaurus, orde sauropoda yang hidup sekitar 205 juta tahun lalu.
Dilansir The Guardian, Thecodontosaurus bisa berdiri setinggi anak berusia 10 tahun, memiliki panjang 1,5 meter, berekor tipis dan panjang. Tipe hewan purba ini seukuran anjing besar yang hidup di akhir zaman Trias.
Thecodontosaurus juga disebut sebagai salah satu dinosaurus paling awal, dan yang paling pertama ditemukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Analisis kami terhadap otak Thecodontosaurus menemukan banyak fitur menarik, beberapa di antaranya cukup mengejutkan," ujar seorang mahasiswa doktoral di Fakultas Ilmu Bumi Universitas Bristol, Antonio Ballell, dikutip CNN, Rabu (16/12).
Berdasarkan rekonstruksi itu, Thecodontosaurus, meskipun termasuk dalam kerabat dinosaurus herbivora, namun ia mungkin juga makan daging dan berjalan dengan dua kaki.
"Sementara kerabatnya berpindah-pindah dengan merangkak, temuan kami menunjukkan bahwa spesies ini mungkin berjalan dengan dua kaki dan kadang-kadang karnivora," tutur Ballel.
Fosil besar dinosaurus juga dikenal sebagai 'Dinosaurus Bristol' karena ditemukan oleh para penambang di Bristol pada tahun 1800-an.
Menggunakan teknologi digital, para ahli mengekstraksi tulang dari puing-puing batu di sekitar fosil ini ditemukan, lalu mengidentifikasi detail anatomis tentang otak dinosaurus hingga telinga bagian dalam yang belum terlihat di fosil.
"Meskipun otak sebenarnya sudah lama hilang, aplikasi perangkat lunak memungkinkan kita untuk menciptakan kembali otak dan bentuk telinga bagian dalam melalui dimensi yang ada," ujar Ballel.
Cangkang dari otak Thecodontosaurus disebut para peneliti amat terawat dan juga indah. Di dalamnya, peneliti menemukan bahwa cetakan otak dinosaurus ini memiliki lobus flokular besar yang berguna untuk keseimbangan. Ini juga yang memperkuat bahwa dinosaurus ini berjalan dengan dua kaki.
"Struktur ini juga terkait dengan kontrol keseimbangan dan gerakan mata dan leher, menunjukkan bahwa Thecodontosaurus relatif gesit dan dapat menjaga pandangan stabil saat bergerak cepat," kata Ballell.
Dalam diagram hasil CT Scan yang diteliti, menunjukkan bahwa tempurung otak dan endokast terkait satu sama lain. Hal ini memungkinkan Thecodontosaurus bisa menangkap mangsa meskipun bentuk giginya memang dikhususkan untuk mengunyah tumbuhan (herbivora).
"Analisis kami menunjukkan bagian otak yang terkait dengan menjaga kepala tetap stabil dan mata serta pandangan yang stabil selama gerakan berkembang dengan baik," ujar Balleli.
"Ini juga bisa berarti Thecodontosaurus kadang-kadang dapat menangkap mangsa, meskipun morfologi giginya menunjukkan tumbuhan adalah komponen utama makanannya," imbuhnya.
Dalam rekonstruksi telinga bagian dalam dinosaurus, para ahli memperkirakan Thecodontosaurus memiliki frekuensi pendengaran yang tinggi, yang memungkinkannya untuk mengenali suara yang dibuat oleh hewan lain, dan menunjukkan bahwa ia memiliki semacam kompleksitas sosial untuk menganalisis keadaan sekitarnya.