ANALISIS

Menakar Loyalitas Pengguna WhatsApp Lawan Telegram dan Signal

CNN Indonesia
Rabu, 13 Jan 2021 16:45 WIB
Pakar menilai kebijakan WhatsApp berbagi data dengan Facebook beresiko terhadap privasi yang bisa berbuntut ditinggalkan pengguna.
Ilustrasi Facebook AFP/OLIVIER DOULIERY

Pada akhirnya, Alfons menilai segala hal yang ada di dalam WhatsApp akan bersifat komersil. Sebab, pengguna tidak akan bisa menolak berbagai iklan yang muncul dari kerjasama antara WhatsApp dengan pihak ketiga.

"Jadi para pengguna WhatsApp perlu menyadari hal ini dan mulai berhati-hati dengan produk yang menjadikan penggunanya sebagai produk," ujar Alfons.

Chairman CISReC Pratama Persadha menilai data pengguna WhatsApp berpotensi dijadikan bahan penargetan iklan Facebook. Namun, dia belum dapat memastikan apakah monetisasi di WhatsApp akan serupa atau tidak seperti di Facebook.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"WhatsApp ini sebenarnya platform tertutup, jadi akan menjadi pertanyaan pemrosesan data macam apa yang akan mereka lakukan. Padahal disatu sisi mereka menjamin keamanan WhatsApp sebagai platform chat yang dilengkapi enkripsi, yang seharusnya tidak ada data yang bisa diproses," ujar Pratama.

Terkait dengan kondisi itu, Pratama menyarankan pejabat tidak menggunakan WhatsApp untuk kegiatan kenegaraan. Dia menilai para pejabat bisa menggunakan aplikasi lain atau membuat aplikasi perpesanan sendiri yang lebih aman.

Lebih dari itu, Pratama mengimbau Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi segera dibahas dan disahkan. Dia menilai peraturan itu bisa melindungi data pribadi warga Indonesia yang menggunakan WhatsApp dan peretasan.

"Memproses data dari sebuah platform tertutup jelas itu sangat melanggar hak privasi dan kalau boleh dibilang juga melanggar Hak Asasi Manusia," ujarnya.

Polemik kebijakan WhatsApp-Facebook membuat gerakan agar pindah ke aplikasi lain semakin menggema. Selain ke aplikasi Telegram, bos Tesla dan SpaceX Elon Musk juga mengajak pengguna WhatsApp untuk pindah ke aplikasi Signal.

(jps/dal)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER