Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan Indonesia bisa mendeteksi keberadaan mutasi baru virus corona dari Inggris yang masuk ke Indonesia mulai pekan ini.
Sebab, hingga saat ini, Budi mengakui jika Indonesia belum bisa mengidentifikasi keberadaan jenis virus corona baru tersebut.
"Mudah-mudahan, harusnya mulai minggu ini kami bisa identifikasi virus baru yang masuk," ujarnya dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Selasa (12/1).
Budi menjelaskan keberadaan virus corona baru itu hanya bisa dideteksi melalui laboratorium yang memiliki fasilitas tes genome sequencing. Menurutnya, saat ini hanya ada 12 laboratorium di Indonesia yang mampu melakukan tes genome sequencing.
"Setiap virus yang masuk kami sequence apakah ada perubahan atau mutasi dari genome-nya dan itu tidak banyak, yang bisa melakukan hanya ada 12 laboratorium di Eijkman, perguruan tinggi, dan Kementerian Kesehatan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, Budi mengatakan Kementerian Kesehatan telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional untuk menyiapkan fasilitas laboratorium tersebut. Lewat kerja sama itu diharapkan pemerintah bisa mengembangkan jaringan laboratorium yang mampu melakukan tes genome sequencing.
"Minggu lalu saya baru tanda tangan Pak Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro untuk memformalisasi jaringan laboratorium ini, agar secara rutin kami bisa melakukan genome sequencing dari beberapa airport dan kota yang banyak incoming passenger-nya, sehingga bisa identifikasi secara dini," jelasnya.
Pekan lalu, Kepala Balitbangkes Kemenkes, Slamet menyebut kolaborasi Kemenkes dengan Kemenristek/ BRIN dilakukan ini untuk mengantisipasi munculnya varian baru virus corona SARS-CoV-2 seperti di Inggris dan Afrika Selatan. Kerja sama ini juga sebagai upaya untuk menekan penularan virus SARS-CoV-2 di Indonesia.
Genomic surveilans virus corona SARS-CoV-2 dilakukan untuk mengetahui epidemiologi molekuler, karakteristik, dampak kesehatan, dan pelacakan kasus untuk menajemen penceganan dan pengaggulangan Covid-19.
Kemenristek/ Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan butuh upaya lebih untuk mempelajari dan memahami karakter dari virus SARS-CoV-2. Bambang menyebut surveilans genom akan terbagi dua, yakni whole genome sequencing dan surveilans genomik yang bersifat spresifik.
Kedua hal itu diharapkan membuat Indonesia bisa lebih cepat dalam merespon mutasi.
Sebelumnya, Budi pernah mengungkapkan tiga karakteristik varian baru virus corona yang bermutasi di Inggris dengan nama ilmiah VUI 202012/01 itu. Menurut dia, tiga karakteristik itu merupakan hasil penelitian dan analisis dari pakar kesehatan.
"Virus ini memang terbukti lebih mudah menular. Kemudian virus ini, mutasi ini tidak terbukti lebih parah atau lebih fatal, dan virus ini terbukti bisa dideteksi dengan alat deteksi yang ada, jadi swab antigen atau PCR," kata Budi dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden belum lama ini.
Bambang mengklaim mutasi yang terjadi saat ini belum berdampak padda efektifitas dan efikasi vaksin yang ada. Namun, dia menilai mutasi harus terus diwaspadai.
"Dengan kita makin memahami virus Covid-19, barangkali upaya pengobatan juga menjadi lebih akurat. Karena surveilans genom ini masuk kategori kedokteran presisi," ujarnya, Jumat pekan lalu (8/1).
Bambang tidak menjelaskan secara spesifik kapan dan berapa banyak WGS yang akan dihasilkan. Dia juga tidak menjelaskan fasilitas dan anggaran untuk merealisasikan kerjasama tersebut.
(ulf/eks)