Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melakukan analisis penyebab banjir bandang Kalimantan Selatan (Kalsel). Lapan menilai banjir bandang ini akibat dari turunnya populasi hutan primer, sekunder, semak belukar dan sawah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
"Dalam kurun waktu 10 tahun ada penurunan luas hutan primer, hutan sekunder, sawah dan semak belukar yaitu masing-masing menurun sebesar 13 ribu hektar, 116 ribu hektar, 146 ribu hektar dan 47 ribu hektar," tulis LAPAN lewat keterangan resmi, Kamis (19/1).
Namun demikian, Lapan juga mencatat adanya perluasan area perkebunan secara signifikan sebesar 219 ribu hektar. Menurut LAPAN, selain soal hutan yang semakin habis, penyebab banjir Kalsel adalah curah hujan dengan intensitas lama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil pemantauan satelit Himawari-8 menunjukkan awan penghasil hujan, yang terjadi sejak tanggal 12 hingga 13 Januari 2021 dan masih berlangsung hingga tanggal 15 Januari 2021.
Curah hujan tersebut menjadi salah satu penyebab banjir yang melanda Provinsi Kalimantan Selatan tersebut.
Lebih lanjut Lapan juga menganalisa luas genangan banjir dengan menggunakan satelit Sentinel 1A pada tanggal 12 Juli 2020 dan setelah banjir pada 13 Januari.
Hasilnya, genangan tertinggi terdapat di Kabupaten Barito dengan luas 60 ribu hektar, Kabupaten Banjar sekitar 40 ribu hektar, Kabupaten Tanah Laut sekitar 29 ribu hektar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah sekitar 12 ribu Hektar, Kabupaten Hulu Sungai Selatan sekitar 11 ribu hektar, Kabupaten Tapin sekitar 11 ribu hektar, dan Kabupaten Tabalong sekitar 10 ribu hektar.
Selain analisa cuaca dan daerah terdampak, LAPAN juga menganalisis perubahan penutup lahan di DAS Barito sebagai respon terhadap bencana banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan.