Dalam sejarah aplikasi perpesanan instan, Enda mengatakan sudah banyak revolusi dan peralihan pengguna. Dari Yahoo messenger, BlackBerry Messenger (BBM) hingga kini bergeser ke WhatsApp.
Peralihan tersebut bukan hanya dipicu oleh kecanggihan saja. Namun gaya konsumsi dan kemayoritasan pengguna menjadi penentu dominasi sebuah aplikasi yang akhirnya digunakan secara massal oleh pengguna smartphone.
"Dunia teknologi digital ini selalu dinamis. untuk pemenang bisa mempertahankan posisi harus selalu ada pembaruan yang sesuai dengan kebutuhan zaman saat ini," ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Ia berpendapat, sebaiknya saat ini para penyedia aplikasi memberikan fitur berbayar untuk menghindari pengambilan data yang nantinya dapat diolah untuk menghasilkan slot iklan.
Besarnya oprasional pada pengoprasian 1 aplikasi membutuhkan uang yang cukup banyak. Enda menjelaskan, bagaimana aplikasi mengeluarkan biaya seperti membayar listrik, membayar bandwith, menyediakan storage cloud dan membayar pegawai.
Dapat disimpulkan, setiap aplikasi membutuhkan banyak biaya untuk beroperasi dan tidak mungkin biaya tersebut hanya didapat dari investor saja.
"Sebenarnya yang ideal menurut saya adanya aplikasi chat tapi harus berbayar. Tapi dengan jaminan data kita tidak dijual lagi, terenkripsi dan lain-lain. Mungkin WA punya whatsapp premium sebagai pelengkap. tapi data kita ga di collect dan tidak dijual ke Facebook," tuturnya.
Pengamat Telekomunikasi ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan jika pihak WhatsApp mengaktifkan pengambilan data pengguna pada Facebook, maka akan terjadi peralihan pengguna secara masif.
Kebijakan yang masih ditunda oleh WA hingga bulan Mei 2021 nanti menjadi penentu hijrahnya pengguna WhatsApp ke aplikasi lain atau tidak.
"Jawabannya, pertama, akan berpulang pada kebijakan WhatsApp sendiri. Kalau tidak ada perubahan kebijakan, maka perpindahan besar-besaran dari WhatsApp hanya akan soal waktu saja," ujarnya pada CNNIndonesia.com, Rabu (20/1).
Ia lantas menjelaskan, hengkangnya pengguna WhatsApp akan menjadi keuntungan sendiri bagi penyedia aplikasi kompetitor. Maka hal ini tentu akan jadi tambahan pengguna bagi Telegram dan Signal. Namun momentum ini seharusnya dimanfaatkan oleh penyedia aplikasi lokal untuk menggaet pengguna WhatsApp.
Heru menjelaskan, adanya siklus 10 tahunan yang membuat pengguna pindah dari aplikasi satu ke aplikasi lainnya, dengan alasan bosan. Seperti para pengguna BBM ke WhatsApp.
"Ada siklus 10 tahunan yang membuat orang berpindah karena bosan. Seperti pengguna BBM ke WhatsApp," tuturnya.
Heru juga memprediksi, pengguna WhatsApp kini tengah dihujani dengan rasa bosan. Hal ini merupakan sebuah situasi yang rentan untuk pindah kepada aplikasi lain.
"Jika ada aplikasi lain yang lebih menawarkan keamanan dan privasi, bisa jadi orang akan pindah," ucapnya.
Heru menyimpulkan WhatsApp yang menjadi penentu dalam siklus peralihan pengguna media sosial. Ketepatan dalam mengambil kebijakan yang sesuai akan berpengaruh dalam perjalanan aplikasi pesan singkat itu.
(can/dal)