Penggemar sinetron 'Si Doel Anak Sekolahan' yang tayang sejak medio 1990an pasti tak asing dengan sepeda motor legendaris Honda Win.
Pada sinetron itu Win atau Win 100 digambarkan sebagai tunggangan setia Doel -yang diperankan Rano Karno, dalam prosesnya mendapatkan gelar Insinyur. Win berkelir hitam Doel juga menjadi saksi bisu antara romansanya bersama Sarah (diperankan Cornelia Agatha).
Tapi cerita soal Win tak hanya sekadar menjadi penunjang aktivitas perfilman pada era 1990an.
Win yang sudah bergulir di Indonesia sejak 1984 terkenal sebagai motor tangguh serba bisa dengan kemampuan melahap berbagai kontur jalan di Indonesia. Motor ini juga dikenal akan keiritannya.
Motor ini merupakan produk andalan Federal Motor (sekarang Astra Honda Motor/AHM) di Indonesia untuk menggantikan S90Z dan pendahulunya S90 yang dikenal juga sebagai Honda Astra.
Win dianugerahkan 'mesin tidur' laiknya motor bebek dengan kubikasi 97 cc transmisi empat percepatan manual yang mungkin merupakan warisan dari S90Z serta S90. Pada era itu Win berkompetisi dengan Suzuki A100 secara ukuran mesin dan dimensi. Namun A100 diketahui masih menggunakan mesin 2 tak.
Motor ini juga berbeda dari pendahulunya misalnya CB series, atau S90 yang mengedepankan desain bulat. Win lebih mengadopsi desain kotak pada setiap sisinya seperti pada lampu-lampu, bentuk tangki, hingga joknya.
Honda Win mungkin menjadi salah satu produk Honda dengan nafas hidup terpanjang. Mengaspal sejak 1984, Honda baru 'menyuntik mati' motor ini 21 tahun kemudian atau pada 2005. Tidak ada yang tahu secara pasti sudah berapa unit Win beredar di Indonesia, bahkan AHM sekalipun.
Puluhan tahun Win beredar di Indonesia, Honda tidak membuat banyak ubahan pada motor ini. Secara bentuk Win yang memiliki tiga generasi tersebut tak memiliki perbedaan signifikan.
Salah satu dedengkot atau penghobi Honda Win, Zaki Jackmoron, mengatakan antara generasi tua Win hingga tahun muda hanya punya perbedaan sedikit. Perbedaan hanya sebatas bentuk sepatbor, warna, striping, tambahan tutup rantai, dan komponen mesin yang menjadikan motor ini lebih andal.
"Dari generasi awal sampai sekarang ubahannya kelihatannya banyak. Misalnya ada model semi offroad dengan ubahan spakbor, terus tambahan tutup rantai, terus bagian mesin paling beda di girnya saja," kata Zaki, Jumat (22/1).
"Jadi secara bentuk masih sama saja seperti tangki, bentuk lampu dan lainnya," sambung Zaki yang sudah menggunakan Win sejak 2008 itu.
Zaki mengatakan Win dahulunya juga dikenal sebagai motor kedinasan, inventaris perusahaan, hingga digunakan sejumlah perangkat desa pada eranya.
Kata dia masing-masing kedinasan atau perusahaan yang menggunakan Win mempunyai warna tersendiri. Sedangkan warna yang disediakan pabrikan untuk konsumen retail hanya abu-abu, hitam, dan merah.
Ia memberi contoh misalnya inventaris pada PT Pos Indonesia pasti Win yang digunakan warna oranye, lalu Perhutani hijau, Pegadaian warna putih, dan Telkom biru. Sedangkan masing-masing pemerintahan wilayah juga mempunyai warna berbeda pada Win, contohnya Jawa Barat krem, daerah Ciamis Ungu, serta perangkat yang digunakan Lurah atau Camat coklat.
"Jadi ya pemesan yang sekali banyak kan suka request warna sendiri buat identitas mereka," kata Zaki.
Menurut Zaki mungkin karena banyaknya pesanan Win dari kalangan perusahaan atau pemerintahan saat itu. Membuat banyak Win yang beredar saat ini berasal atas nama perusahaan.
"Ya dari orang yang saya kenal 60-70 persen dari mereka dapat motornya sekarang dari lelang atau atas nama PT, baru kemudian diganti nama," ucap dia.
Bertahun-tahun berlalu, siapa sangka Win saat ini malah menjadi primadona. Motor ini menjadi incaran berbagai kalangan, dari penghobi otomotif hingga kolektor di Indonesia yang hendak menyegarkan memori atau sekadar menambah koleksi motor antik.
Zaki mengakui hal tersebut. Bahkan kini ia juga telah menjalankan sebuah bisnis lewat hobinya dengan membuka bengkel khusus Honda Win bernama Gardu 32 Motor di bilangan Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Zaki bilang era saat ini bisa dikatakan menjadi masa emas Honda Win karena harga motor tersebut terbilang cukup menggiurkan.
Ia mengatakan saat ini Win dalam kategori bahan biasa dipasarkan Rp6 juta- Rp7 juta. Bahan di sini bisa diartikan motor butuh perawatan dan surat-suratnya perlu diurus.
"Ya sekarang bahannya sudah lumayan. Ya sekarang bisa dibilang sudah menjadi masa emas lah," kata dia.
Menurutnya harganya bakal semakin mahal jika sudah melalui tahap restorasi penuh plus embel-embel penggunaan suku cadang original.
"Ya kalau sudah full restorasi bisa tembus Rp20 juta bisa. Karena partnya juga mulai susah dicari kan. Waktu itu aja teman pernah jual Rp36 juta, dan laku," kata Zaki yang pernah menjadi pengurus dalam wadah pengguna Win, Honda Win Riders (HWR).
 Penggemar Honda Win. (Foto: Arsip Zaki/Gardu 32) |
Menyimpan 1.000 kenangan
Zaki mengatakan untuk saat ini memang banyak orang yang jor-joran atau menghabiskan uangnya demi membeli Honda Win. Kata dia Win banyak diincar dengan alasan sekadar koleksi atau sebagai pengingat memori masa lalu.
"Ya mungkin banyak yang dulu mereka punya kenangan sama Honda Win tapi terlanjur sudah dijual. Terus sekarang mereka sudah kerja dan punya uang, beli lagi Win," ucap Zaki.
Hal ini juga yang diakui Azhraf Arsan (28) sebagai salah satu pengguna Win. Azhraf mengatakan sangat menyukai Win sebab memiliki banyak kenangan, terutama bersama sang ayah.
"Pertama mulai sampai suka Win waktu Itu kebetulan bokap ogut pernah pake waktu dia muda. Kebetulan emang Win ini banyak nostalgia di keluarga ogut," ucap Azhraf.
Sebelumnya Azhraf pernah mengoleksi lima unit Win, namun kini koleksinya hanya tinggal dua unit. Win koleksinya selalu dijaga orisinalitasnya.
Menurut Azhraf proses membangun Win agar enak dipandang dan laik jalan bisa dikatakan susah-susah gampang. Menurutnya, kita harus memiliki modal dan jaringan di antara pengguna sehingga memudahkan dalam pencarian suku cadang.
Namun kata Azhraf tidak jarang juga tetap mempertahankan suku cadang lama, namun dengan sentuhan seperti cat ulang guna mempertahankan tampilan agar tampak baru.
Ia sendiri tak segan menghabiskan dana hingga belasan juta dalam merestorasi satu unit Honda Win miliknya.
"Ya estimasinya dari semi sampai full mulai dari ukuran Rp3 juta sampai Rp15 juta," kata Azhraf tergabung dalam wadah HWR itu.