Cecep Eka Permana menjelaskan bahwa ada berbagai tujuan manusia zaman es membuat gambar-gambar itu di dinding gua. Lukisan tersebut ditinggalkan di gua karena dulunya manusia hidup berpindah-pindah.
"Oleh karena itulah, yang dia gambarkan itu hewan buruan. Seperti yang ada di Kalimantan kemarin itu kan gambar banteng. Kalau yang di Sulawesi itu ada babi ada anoa," jelas Cecep.
Sementara itu, tak hanya gambar binatang, peneliti juga menemukan banyak gambar telapak tangan. Menurut Cecep ada beberapa arti etnografi dari cap-cap tangan atau stensil tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu menggambarkan peninggalan jejak untuk menandakan ini tempat punya saya. Ini punya kelompok saya, diberi tanda segala macam untuk itu di gua," jelas Cecep.
Cap tangan juga bermakna sebagai penolak bala, dan kebanyakan cap tangan itu ditemukan di depan gua-gua untuk menangkal hal yang kurang baik dari luar gua.
Cecep menjelaskan, secara etnografi telapak tangan yang lebih spesifik juga ada berdasarkan daerah. Di Papua, misalnya, dia pernah menemukan cap tangan yang seolah-olah terputus.
Itu artinya mereka berkabung, karena sebelum masuknya agama di sana, terdapat tradisi memotong salah satu ruas jarinya ketika ada anggota keluarga yang meninggal. Itu merupakan sebagai penanda berkabung sampai akhir abad 19.
![]() |