Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) LAPAN Erma Yulihastin mengaku khawatir akan terjadinya curah hujan yang tinggi di sebagian wilayah Indonesia Timur dan sebagian pulau Jawa, khususnya Jakarta hingga Maret mendatang.
"Terus terang saya semakin khawatir melihat data (peningkatan curah hujan) ini, dan tentu kita bicara apa adanya. Walaupun dalam hati mudah-mudahan ini tidak terjadi apa-apa," ucapnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (1/2).
Berdasarkan hasil pengamatan LAPAN, puncak hujan tertinggi sudah terjadi di sekitar wilayah pulau Jawa 31 Januari lalu. Namun Erma khawatir akan adanya potensi peningkatan hujan di Jakarta dan wilayah Indonesia lain pada tanggal 6 sampai 10 Februari mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya apresiasi pemerintah Jakarta bisa antisipasi curah hujan tinggi kemarin, Tetapi masih harus tetap waspada peningkatan hujan 6 hingga 10 Februari nanti," kata Erma.
Menurutnya, peningkatan curah hujan ini menjadi salah satu faktor penyebab bencana alam banjir yang terjadi di Kalimantan, Sulawesi dan beberapa wilayah Indonesia.
Erma kemudian mengungkapkan peningkatan curah hujan ini dua kali lebih tinggi dari musim hujan biasa. Hal ini diakibatkan adanya tiga vortex berada di belahan bumi selatan yang mengakibatkan peningkatan hujan dan awan.
Vortex itu membuat angin monsun yang berasal dari benua Asia bertiup ke arah laut China selatan dan melewati pulau Jawa, Bali dan Nusa tenggara.
Vortex merupakan pusaran angin radius 10-100 kilometer atau berskala meso. Jangkauan radius vorteks masih berada di bawah radius badai yang bisa mencapai 1.000 kilometer lebih.
Lebih lanjut Erma mengatakan, konsentrasi curah hujan akan terus terjadi di Indonesia bagian Timur seperti di sekitar Nusa tenggara. Berdasarkan pengamatannya, tidak ada penurunan curah hujan yang terjadi hingga bulan Maret.
"Kalau di Jakarta dan sekitarnya ini ada penurunan konsentrasi hujan, tapi di wilayah timur Indonesia saya tidak melihat ada penurunan. Justru konsentrasi hujannya masih hingga bulan Maret," ucapnya.
"Dari dinamika ini, variasi hari ke hari dan minggu ke minggu untuk Indonesia bagian timur akan selalu ada hujan hingga bulan Maret," tambahnya
Erma juga mengatakan, adanya durasi curah hujan ini diakibatkan adanya La Nina di perairan Indonesia. Ia menjelaskan, La Nina diprediksi akan bertahan lama di Indonesia, hal ini menyebabkan kondisi basah seperti ini akan terjadi hingga Oktober 2021.
"Saya melihat ini sesuatu hal yang sangat diperhatikan. Belum lagi vortex itu memperkuat angin monsoon. Pasokan uap air, suplay dari laut China itu akan diperkuat oleh vortex," ucapnya.
Maka ia mengingatkan, kondisi basah yang diprediksi akan berlangsung beberapa bulan ini perlu diberikan perhatian yang serius.