Harvard: 200 Ribu WNI Wafat per Tahun Imbas Bahan Bakar Fosil

CNN Indonesia
Rabu, 10 Feb 2021 20:24 WIB
Riset Universitas Harvard mengungkapkan data orang yang meninggal akibat polusi bahan bakar fosil di dunia dan Indonesia.
Ilustrasi bahan bakar fosil. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Untuk memodelkan PM2.5 yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, para peneliti menghubungkan ke GEOS-Chem untuk perkiraan emisi dari berbagai sektor.

Beberapa di antaranya listrik, industri, kapal, pesawat, transportasi darat, dan simulasi kimia oksidanaerosol secara rinci yang digerakkan oleh meteorologi dari Kantor Pemodelan dan Asimilasi Global NASA.

Para peneliti lantas mencari tahu bagaimana tingkat tersebut berdampak pada kesehatan manusia ketika mereka memiliki konsentrasi PM 2.5 dari bahan bakar fosil luar ruangan PM2.5 untuk setiap kotak kisi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Universitas Harvard diketahui bekerja sama dengan Universitas Birmingham, Universitas Leicester, dan Universitas College London dalam membuat penelitian tersebut.

Epidemiologi Lingkungan Harvard, Joel Schwartz meminta pemangku kepentingan untuk memanfaatkan sumber energi alternatif untuk mengurangi dampak negatif dari bahan bakar fosil.

Associate Professor di Departemen Geografi di UCL, Eloise Marais menyatakan studi terbari itu menambah bukti bahwa polusi udara dari ketergantungan yang terus-menerus pada bahan bakar fosil sangat merusak kesehatan global.

"Kita tidak bisa terus bergantung pada bahan bakar fosil, ketika kita tahu bahwa ada efek yang begitu parah pada kesehatan dan ada alternatif yang lebih bersih dan layak," ujar Marais.

Direktur Pusat Investigasi Iklim (CIC) Kert Davies menanggapi mengatakan bahwa perusahaan minyak dan batu bara, bersama dengan sekutu utilitas listrik, perusahaan mobil, dan industri berat memiliki warisan yang memalukan dan terus menerus menyangkal dampak kesehatan manusia dari polusi udara yang disebabkan oleh produk dan fasilitas mereka.

"Sama seperti perubahan iklim, industri-industri ini secara kolektif telah menunda solusi, menolak ilmu pengetahuan dan memblokir regulasi polusi udara selama beberapa generasi, yang menelan banyak korban jiwa," kata Davies.

(jps/dal)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER