Sekelompok ilmuwan dilaporkan menggunakan machine learning untuk menemukan obat yang sudah ada di pasaran bagi pasien lansia yang menderita Covid-19. Langkah itu dilakukan untuk mempercepat penemuan obat untuk menyembuhkan Covid-19.
Tim peneliti tengah mencari pengobatan potensial dengan menganalisis perubahan ekspresi gen dalam sel paru-paru yang disebabkan oleh penyakit Covid-19. Kombinasi itu dinilai dapat membantu ahli medis menemukan obat untuk diuji pada orang tua.
Melansir TNW, ada tiga langkah yang dilakukan oleh para olmuwan dalam mencari obat Covid-19 bagi pasien lansia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, mereka membuat daftar kandidat obat menggunakan autoencoder, sejenis jaringan saraf yang menemukan representasi data dengan cara yang tidak diawasi.
Autoencoder menganalisis dua kumpulan data pola ekspresi gen untuk mengidentifikasi obat yang kemungkinan melawan virus.
Selanjutnya, para peneliti mempersempit daftar dengan memetakan interaksi protein yang terlibat dalam jalur penuaan dan infeksi. Mereka kemudian mengidentifikasi area tumpang tindih antara dua peta.
Pemetaaan disebut bisa menunjukkan jaringan ekspresi gen yang harus ditargetkan obat untuk melawan Covid-19 pada pasien yang lebih tua.
Setelah mengetahui jaringan yang ditargetkan, tim tersebut menggunakan algoritme statistik untuk menganalisis kausalitas dalam jaringan. Ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi gen spesifik yang harus ditargetkan obat untuk meminimalkan dampak infeksi.
Sistem tersebut diketahui menyoroti gen RIPK1 sebagai target yang menjanjikan untuk obat Covid-19. Para peneliti kemudian menemukan daftar obat yang disetujui yang bekerja pada RIPK1.
Beberapa di antaranya telah disetujui untuk mengobati kanker, sementara yang lain sudah diuji pada pasien Covid-19.
Lihat juga:Malaysia Mulai Vaksinasi Corona Pekan Depan |
Para peneliti mencatat bahwa percobaan in vitro dan uji klinis yang ketat masih diperlukan untuk menentukan kemanjurannya. Tetapi mereka juga membayangkan memperluas kerangka kerja mereka ke infeksi lain.
"Sementara kami menerapkan platform komputasi kami dalam konteks SARS-CoV-2, algoritme kami mengintegrasikan modalitas data yang tersedia untuk banyak penyakit, sehingga membuatnya dapat diterapkan secara luas," kata Caroline Uhler, ahli biologi komputasi Massachusetts Institute of Technology.
Eurek Alert memberitakan, Covid-19 rata-rata membahayakan pasien yang lebih tua daripada yang lebih muda. Hipotesis umum yang menyebabkan kondisi itu adalah sistem kekebalan yang menua.
Selain itu, perubahan paru-paru yang menjadi lebih kaku karena penuaan menunjukkan pola ekspresi gen yang berbeda dibandingkan pada orang yang lebih muda.
Uhler berencana membagikan temuan timnya dengan perusahaan farmasi. Dia menekankan bahwa sebelum obat apa pun yang mereka identifikasi dapat disetujui untuk digunakan kembali pada pasien Covid-19 lansia, pengujian klinis diperlukan untuk menentukan kemanjuran.
(jps/mik)