Windhu mengkritik seharusnya tim uji klinis secara gamblang melaporkan dan mempublikasikan sedari pra klinik hingga perampungan uji klinis fase I.
Apalagi setelah tim vaksin nusantara mengklaim daya tahan antibodi mampu bertahan seumur hidup. Maka dengan transparansi, Windhu menilai upaya itu akan mengurangi pertanyaan dan keraguan publik terhadap hasil keamanan vaksin karya anak bangsa tersebut.
Hal serupa diungkap Ahmad. Dia menyebut tidak ada karya ilmiah yang dipublikasikan terkait vaksin itu.
Saat ini, dia hanya mengetahui Terawan cs baru menguji vaksin Nusantara pada 30 relawan yang tidak diketahui secara spesifik siapa penerimanya, serta berapa persentase relawan yang muncul antibodinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Coba tolong Pak Terawan untuk dibuka data itu supaya bisa diverifikasi secara independen sebelum melanjutkan ke fase 2 atau bahkan 3," ujarnya.
Metode sel dendritik merupakan metode yang sudah kerap digunakan untuk pengobatan kanker hingga penyakit degeneratif selama ini. Ia menyebut, dalam proses pembuatan vaksin nusantara ini, tim uji klinis dibantu oleh salah satu peneliti dari AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat.
Raditya menjelaskan pengembangan vaksin ini dimulai dengan transfer teknologi mutakhir sel dendritik dari AIVITA Biomedical Inc yang bermarkas di Amerika Serikat kepada Rama Pharma.
Melalui keterangan tertulis (19/2), dijelaskan vaksin nusantara juga digarap bersama para peneliti Universitas Diponegoro (Undip), dan RSUP dr. Kariadi Semarang.
(eks)