Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) mendukung para peneliti untuk melakukan pengujian klinis tahap III vaksin Covid-19 yang dikembangkan perusahaan asal China, Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical Co. Ltd. Ia pun meminta agar warga segera mendaftar menjadi relawan vaksin yang masih butuh sangat banyak.
"Uji klinis fase III vaksin rekombinan Covid-19 Anhui di Indonesia memerlukan 4.000 relawan," kata Emil, saat memberikan sambutan acara Uji Klinis Vaksin Covid-19 Rekombinan Anhui di RSP Unpad, Kota Bandung, Rabu (3/3).
Proses uji klinis akan dilakukan di dua kota, yaitu Jakarta dan Bandung. Untuk kota Bandung, jumlah relawan yang dibutuhkan sebanyak 2.000 orang. Hingga Selasa (2/3) kemarin, baru 300 relawan yang sudah mendaftar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Emil, uji klinis fase III vaksin Covid-19 rekombinan Anhui berpotensi menambah kapasitas produksi vaksin di tanah air. Apalagi saat ini RI masih membutuhkan banyak vaksin untuk memenuhi herd immunity atau kekebalan kelompok sebesar 70 persen warganya.
"Kita berharap dosis vaksin itu memadai di Indonesia. Ternyata perjuangannya masih panjang, kami minta (keperluan vaksinasi tahap II) seratus persen. Dari target ternyata barangnya baru 20 persen," katanya.
Terkait kebutuhan vaksinasi di tahap II, Emil berujar, dari 6 juta orang yang terdiri dari lansia, pelayan publik, dan tenaga kesehatan, baru 20 persennya yang bisa dipenuhi. Sementara 80 persen vaksin Covid-19 baru bisa didapatkan pada Juni mendatang.
"Jadi, kita ini berpacu dengan waktu. Saya sangat berharap vaksinasi sukses karena kalau terlalu lama herd immunity yang tidak tercapai. Kadar antibodi tidak setara sehingga kecepatan penyuntikan menjadi penting," ungkapnya.
"Anhui bisa memberikan harapan itu (stok vaksin). Hari ini negara punya uang belum tentu punya vaksin karena setiap negara bersaing mendapatkannya. Indonesia termasuk yang beruntung karena sudah melobi beli barang langsung," cetus mantan Wali Kota Bandung itu.
Menurut Emil, pandemi bisa dikendalikan salah satunya melalui vaksinasi. Untuk itu, ia pun akan mendorong agar produksi vaksin bisa dilakukan di dalam negeri untuk menciptakan kemandirian.
Vaksin buatan Anhui bernama ZF2001. Vaksin itu dikembangkan bersama oleh Institut Mikrobiologi, bagian dari Akademi Ilmu Pengetahuan China. Vaksin ini termasuk dalam kategori vaksin adjuvanted recombinant protein subunit (RBD-Dimer).
Anhui adalah produsen vaksin Covid-19 asal China seperti Sinovac. Produk yang sudah dihasilkan Anhui yaitu vaksin meningitis yang telah dipakai jamaah haji dan umroh di Indonesia.
Vaksin Anhui berbeda dengan vaksin buatan Sinovac, yang juga berasal dari China. Vaksin buatan Anhui adalah jenis vaksin rekombinan atau sub unit protein.
Dengan metode itu, platform vaksin diambil dari spike glikoprotein (protein paku yang mengelilingi bodi virus corona) atau bagian kecil virus yang akan memicu kekebalan tubuh saat disuntikkan ke tubuh manusia. Sedangkan vaksin Sinovac diketahui dibuat dari virus yang dimatikan.
Vaksin rekombinan/ protein subunit ini juga berbeda dari vaksin mRNA. Vaksin subunit mengambil bagian protein virus. Sementara, vaksin mRNA mengambil bagian genetik virus (messenger RNA) yang menjadi sumber kode untuk protein virus, seperti mengutip laman WHO.
Vaksin subunit protein memiliki keunggulan berbeda dibandingkan vaksin hidup yang dilemahkan dan inaktif. Vaksin kategori itu dapat menyebabkan respons imun humoral dan seluler. Selain itu, vaksin subunit tak perlu memproses patogen hidup untuk produksi vaksin.
Namun, kelemahan vaksin subunit dinilai akan lebih mahal dan memerlukan bahan pembantu khusus untuk meningkatkan respons imun.