Sebuah studi mengungkap vaksin Covid-19 Sinovac Biotech kemungkinan tidak memicu respons antibodi yang cukup terhadap varian baru virus corona yang teridetifikasi di Brasil.
Dikutip dari Reuters, Minggu (7/3), munculnya varian virus corona baru di Brasil telah menimbulkan kekhawatiran bahwa vaksin dan penelitian yang dikembangkan berdasarkan jenis sebelumnya berpotensi tidak berfungsi dengan baik.
Dari hasil makalah penelitian, studi dilakukan dengan cara mengambil sampel plasma dari delapan orang yang divaksin dengan CoronaVac Sinovac gagal menetralkan garis keturunan P.1 atau 20J/501Y.V3.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil ini menunjukkan bahwa virus P.1 mungkin lolos dari antibodi penawar yang disebabkan oleh CoronaVac," kata gabungan para peneliti dari Universitas Sao Paulo Brasil dan Fakultas Kedokteran Universitas Washington.
Vaksin Sinovac sendiri digunakan dalam program vaksinasi massal di beberapa negara yaitu China, Brasil, Turki, termasuk Indonesia.
Meskipun penelitian menunjukkan infeksi ulang covid-19 dapat terjadi pada individu yang divaksinasi, perlindungan yang diberikan Sinovac menunjukkan mekanisme lain dalam sistem kekebalan tubuh manusia.
Para peneliti mengungkapkan, selain antibodi, Sinovac juga dapat berkontribusi mengurangi keparahan covid-19.
Kepala Eksekutif Yin Weidong mengatakan dalam program yang disiarkan oleh CGTN pada Kamis (4/3) lalu bahwa Sinovac sepenuhnya mampu memenuhi kapasitas produksi untuk mengembangkan vaksin terhadap varian virus baru jika perlu.
Sebelumnya, Amerika Serikat mendeteksi varian baru virus corona Brasil. Kasus pertama mutasi baru itu ditemukan di negara bagian Minnesota, Senin (25/1) silam.
Pasien merupakan penduduk kota kembar di Minneapolis dan Saint Paul. Dia dinyatakan positif Covid-19 pada awal Januari dan langsung diisolasi. Hasil laboratorium kemudian mengungkapkan kasus itu adalah varian Brasil.
Sebelumnya varian baru corona ditemukan di Kota Manaus, Brasil yang menyebabkan sekitar setengah kasus infeksi baru di kota Manaus.
Hal itu memicu kekhawatiran tentang risiko penyebaran yang lebih besar. Tim dipimpin ahli imunologi Ester Sabino mengumpulkan data genom dari tes Covid-19 di Manaus.
Hasilnya, data menunjukkan 42 persen dari kasus yang dikonfirmasi itu memiliki mutasi mirip dengan varian virus corona Inggris dan Afrika Selatan.
Presiden AS Joe Biden pada hari Senin memberlakukan kembali larangan perjalanan pada sebagian besar warga negara non-AS yang telah berada di Inggris, Brasil, Irlandia dan sebagian besar Eropa.
Biden juga memperpanjang larangan untuk pelancong yang baru-baru ini berkunjung ke Afrika Selatan karena di negara itu tengah terjadi penyebaran virus corona jenis baru.
(din/pris)