Huami merancang smartwatch ini dengan cukup apik, bodi slim bahan yang digunakan membungkus smartwatch terbuat dari logam yang terasa premium. Sementara tali jam menggunakan silikon.
Namun, Anda perlu sering membersihkan tali jam dan bagian belakang smartwatch. Sebab, bahan yang digunakan kerap mengumpulkan garam. Butiran berwarna putih bakal terkumpul bagian belakang dan tali jam ketika smartwatch sering dipakai hingga berkeringat.
Layar Amazfit GTS 2e berbentuk kotak dengan 1,65 inci Super Retina Amoled dengan kerapatan piksel hingga 341 ppi membuat tampilan jam tampak jernih dan tajam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelindung kaca dengan desain 2,5D membuat layar jam lebih menonjol. Amazfit menyebut layar smartwatch ini bezeless. Frame pada smartwatch ini memang cukup tipis.
Untuk pelindung layar, seri ini menggunakan pelindung vakum yang disebut membuat layar lebih tahan goresan. Saat dicoba, layar smartwatch ini memang lebih tahan goresan.
Namun, layar smartwatch dirasa kurang responsif ketika menghadapkan pergelangan ke atas untuk mengecek waktu. Pengguna perlu beberapa kali membalikkan tangan untuk "membangunkan" jam. Jika layar tak kunjung menyala, terpaksa akhirnya pengguna mesti menyentuh layar.
Sebenarnya, tersedia opsi layar yang "always on" agar tak ada drama saat hendak mengecek waktu, tapi tentu mengaktifkan fitur ini akan berpengaruh pada ketahanan baterai.
Ketimbang GTR 2e, GTS 2e punya bodi lebih ringan dengan desain yang lebih kompak. Sehingga, menurut saya jam tangan pintar ini terasa lebih nyaman digunakan oleh kaum hawa.
Smartwatch ini juga menawarkan berbagai "face" atau tampilan muka. Namun, pilihan face yang disediakan masih terbatas.
Baterai 246 mAh smartwatch ini diklaim bertahan 14 hari ketimbang seri GTS 2 yang hanya bertahan 7 hari. Namun, pada prakteknya ketahanan baterai juga dipengaruhi dengan pengaturan smartwatch.
Sebab, pengguna bisa mengatur fitur apa saja yang ingin diaktifkan pada smartwatch. Makin banyak fitur yang diaktifkan tentu akan berpengaruh pada ketahanan baterai. Pengguna pun akan mendapat notifikasi ketika akan mengaktifkan suatu fitur akan lebih menguras daya.
Sebagai contoh, pada kondisi bawaan, smartwatch ini tidak mendeteksi kondisi REM saat pengguna tidur, sebab pendeteksian ini makin menguras baterai. Selain itu, pengguna juga bisa memilih berapa sering jam mengecek detak jantung. Sebab, makin sering mengecek juga makin mengonsumsi daya.
Saya memilih untuk mengaktifkan pendeteksi REM saat tidur dan mengatur interval pengecekan detak jantung tercepat, alhasil baterai masih bisa bertahan lebih dari seminggu. Hasil yang menurut saya masih cukup memuaskan, karena tak perlu sering mengisi daya.
![]() |
Jam ini juga dilengkapi dengan GPS internal, sehingga pengguna bisa melacak rute saat berlari di luar ruangan tanpa harus membawa smartphone.
Namun, agar GPS bisa berjalan dengan akurat, pengguna perlu melakukan pembaruan software terlebih dulu. Jika tidak, jam malah tak bisa melacak rute berlari dengan tepat. Saat di sinkronisasi ke aplikasi Zepp di ponsel malah seperti hanya bergerak di sekitar titik semula.
Saya sempat mencoba mengadu menghitung kalori saat berlari di luar ruangan jam tangan ini dengan smartband Huawei Band 4 yang harganya jauh lebih murah. Hasilnya, akurasi perhitungan kalori hanya terpaut tipis saja.
Sehingga, buat yang punya budget yang terbatas namun tertarik untuk menghitung kalori harian, smart band masih cukup membantu. Tentu minus pemantau GPS internal dan desain yang lebih premium yang ditawarkan Amazfit.
Sebab, fitur-fitur lain antara kedua smartwatch ini hampir sama. Selain desain, kelebihan lain dari Amazfit adalah opsi mode olahraga yang lebih banyak. Berbagai macam olahraga air, indoor, olahraga dengan bola, tersedia di jam tangan ini. Pilihan itu lebih terbatas pada smartband milik Huawei.
Untuk pengisi daya, Amazfit menyertakan pengisi daya magnetik yang akan langsung menempel di bagian belakang smartwatch.
Fitur
Jam tangan ini sudah mengantongi sertifikasi 5ATM sehingga tahan air hingga kedalaman 50 meter.
Jam tangan ini juga bisa digunakan untuk mencatat kegiatan harian, mulai dari menghitung langkah, menghitung detak jantung, mengukur kadar oksigen dalam darah lewat perhitungan SPO2, hingga mengecek kualitas tidur.
Pengguna juga bisa mengatur target harian seperti jumlah langkah dan kalori yang terbakar. Jika memenuhi target, maka akan tercetak pada skor PAI (Personal Activity Intelligence).
Jam tangan ini juga bisa memeriksa kadar stres pengguna. Saat tidur, ia akan memantau kualitas tidur. Sehingga, pengguna bisa memantau berapa lama pengguna ada di level tidur lelap (deep sleep), tidur ringan (light sleep), REM, dan kapan terbangun.
Perhitungan kualitas tidur dilakukan dengan memantau detak jantung. Jadi ketika detak jantung sedang rileks saat baru bangun tidur, pengguna kerap terdeteksi masih dalam kondisi tidur, misal saat bermeditasi. Tapi, hal ini tidak terjadi pada smartwatch Amazfit saja.