Huami meluncurkan Amazfit GTS 2e dan GTR 2e secara global pada gelaran CES 2021. Namun, kedua produk ini sebelumnya sudah meluncur di China pada akhir Desember.
Kedua seri ini adalah versi lebih murah dari GTS 2 dan GTR 2. Imbasnya, beberapa fitur yang ada di seri "e" dihilangkan. Amazfit GTS 2e dan GTR 2e ini dilego seharga Rp 2,6 juta.
Pesaing lain yang ada dikisaran harga serupa adalah Mi Watch yang dilego dikisaran Rp1,6 juta. Ada juga Huawe GT 2E di harga Rp1,7 juta. Honor Magic 2 ikut meramaikan di harga Rp1,8 jutaan.
Bodi dan tampilan
Huami merancang smartwatch ini dengan cukup apik, bodi slim bahan yang digunakan membungkus smartwatch terbuat dari logam yang terasa premium. Sementara tali jam menggunakan silikon.
Namun, Anda perlu sering membersihkan tali jam dan bagian belakang smartwatch. Sebab, bahan yang digunakan kerap mengumpulkan garam. Butiran berwarna putih bakal terkumpul bagian belakang dan tali jam ketika smartwatch sering dipakai hingga berkeringat.
Layar Amazfit GTS 2e berbentuk kotak dengan 1,65 inci Super Retina Amoled dengan kerapatan piksel hingga 341 ppi membuat tampilan jam tampak jernih dan tajam.
Pelindung kaca dengan desain 2,5D membuat layar jam lebih menonjol. Amazfit menyebut layar smartwatch ini bezeless. Frame pada smartwatch ini memang cukup tipis.
Untuk pelindung layar, seri ini menggunakan pelindung vakum yang disebut membuat layar lebih tahan goresan. Saat dicoba, layar smartwatch ini memang lebih tahan goresan.
Namun, layar smartwatch dirasa kurang responsif ketika menghadapkan pergelangan ke atas untuk mengecek waktu. Pengguna perlu beberapa kali membalikkan tangan untuk "membangunkan" jam. Jika layar tak kunjung menyala, terpaksa akhirnya pengguna mesti menyentuh layar.
Sebenarnya, tersedia opsi layar yang "always on" agar tak ada drama saat hendak mengecek waktu, tapi tentu mengaktifkan fitur ini akan berpengaruh pada ketahanan baterai.
Ketimbang GTR 2e, GTS 2e punya bodi lebih ringan dengan desain yang lebih kompak. Sehingga, menurut saya jam tangan pintar ini terasa lebih nyaman digunakan oleh kaum hawa.
Smartwatch ini juga menawarkan berbagai "face" atau tampilan muka. Namun, pilihan face yang disediakan masih terbatas.
Baterai
 Smartwatch Huami Amazfit GTS 2e (dok. CNNIndonesia.com/ Eka Santhika) |
Baterai 246 mAh smartwatch ini diklaim bertahan 14 hari ketimbang seri GTS 2 yang hanya bertahan 7 hari. Namun, pada prakteknya ketahanan baterai juga dipengaruhi dengan pengaturan smartwatch.
Sebab, pengguna bisa mengatur fitur apa saja yang ingin diaktifkan pada smartwatch. Makin banyak fitur yang diaktifkan tentu akan berpengaruh pada ketahanan baterai. Pengguna pun akan mendapat notifikasi ketika akan mengaktifkan suatu fitur akan lebih menguras daya.
Sebagai contoh, pada kondisi bawaan, smartwatch ini tidak mendeteksi kondisi REM saat pengguna tidur, sebab pendeteksian ini makin menguras baterai. Selain itu, pengguna juga bisa memilih berapa sering jam mengecek detak jantung. Sebab, makin sering mengecek juga makin mengonsumsi daya.
Saya memilih untuk mengaktifkan pendeteksi REM saat tidur dan mengatur interval pengecekan detak jantung tercepat, alhasil baterai masih bisa bertahan lebih dari seminggu. Hasil yang menurut saya masih cukup memuaskan, karena tak perlu sering mengisi daya.
GPS
 Rute lari luar ruang baru bisa ditampilkan dengan benar di aplikasi Zepp Amazfit setelah melakukan pembaruan software pada jam tangan. (dok. CNNIndonesia.com/ Eka Santhika) |
Jam ini juga dilengkapi dengan GPS internal, sehingga pengguna bisa melacak rute saat berlari di luar ruangan tanpa harus membawa smartphone.
Namun, agar GPS bisa berjalan dengan akurat, pengguna perlu melakukan pembaruan software terlebih dulu. Jika tidak, jam malah tak bisa melacak rute berlari dengan tepat. Saat di sinkronisasi ke aplikasi Zepp di ponsel malah seperti hanya bergerak di sekitar titik semula.
Akurasi penghitungan kalori
 Smartwatch Huami Amazfit GTS 2e (dok. CNNIndonesia.com/ Eka Santhika) |
Saya sempat mencoba mengadu menghitung kalori saat berlari di luar ruangan jam tangan ini dengan smartband Huawei Band 4 yang harganya jauh lebih murah. Hasilnya, akurasi perhitungan kalori hanya terpaut tipis saja.
Sehingga, buat yang punya budget yang terbatas namun tertarik untuk menghitung kalori harian, smart band masih cukup membantu. Tentu minus pemantau GPS internal dan desain yang lebih premium yang ditawarkan Amazfit.
Sebab, fitur-fitur lain antara kedua smartwatch ini hampir sama. Selain desain, kelebihan lain dari Amazfit adalah opsi mode olahraga yang lebih banyak. Berbagai macam olahraga air, indoor, olahraga dengan bola, tersedia di jam tangan ini. Pilihan itu lebih terbatas pada smartband milik Huawei.
Untuk pengisi daya, Amazfit menyertakan pengisi daya magnetik yang akan langsung menempel di bagian belakang smartwatch.
Fitur
 Smartwatch Huami Amazfit GTS 2e(dok. CNNIndonesia.com/ Eka Santhika) |
Jam tangan ini sudah mengantongi sertifikasi 5ATM sehingga tahan air hingga kedalaman 50 meter.
Jam tangan ini juga bisa digunakan untuk mencatat kegiatan harian, mulai dari menghitung langkah, menghitung detak jantung, mengukur kadar oksigen dalam darah lewat perhitungan SPO2, hingga mengecek kualitas tidur.
Pengguna juga bisa mengatur target harian seperti jumlah langkah dan kalori yang terbakar. Jika memenuhi target, maka akan tercetak pada skor PAI (Personal Activity Intelligence).
Jam tangan ini juga bisa memeriksa kadar stres pengguna. Saat tidur, ia akan memantau kualitas tidur. Sehingga, pengguna bisa memantau berapa lama pengguna ada di level tidur lelap (deep sleep), tidur ringan (light sleep), REM, dan kapan terbangun.
Perhitungan kualitas tidur dilakukan dengan memantau detak jantung. Jadi ketika detak jantung sedang rileks saat baru bangun tidur, pengguna kerap terdeteksi masih dalam kondisi tidur, misal saat bermeditasi. Tapi, hal ini tidak terjadi pada smartwatch Amazfit saja.
Bodi dan tampilan
Amazfit GTR 2e berbentuk bulat dengan layar 1,39 inci berpanel Amoled. GTR 2e dibekali layar 1,39 inci dengan kerapatan 326 ppi.
Saat dicoba, jam tangan ini terasa sedikit lebih berat dari GTS 2e. Layar yang berbentuk bulat juga terasa lebih bongsor di tangan pengguna wanita yang lebih mungil. Namun untuk pengguna laki-laki yang lebih besar, dimensi jam tangan ini dirasa cukup nyaman.
Selain itu, bagi pengguna yang lebih memilih bentuk jam klasik berbentuk bulat ketimbang kotak, jam tangan ini tentu lebih cocok.
Berbeda dengan Amazfit GTS 2e, yang dilengkapi dengan satu tombol saja, jam tangan ini memiliki 2 tombol pengaturan di bagian samping kanan.
Tombol di atas untuk mengakses menu, sementara tombol bawah sebagai akses cepat ke fitur mode olahraga.
Serupa dengan GTS 2e, tali jam dan bagian belakang smartwatch cepat kotor jika dipakai berkeringat. Sebab, bahan yang digunakan kerap mengumpulkan garam. Butiran berwarna putih bakal terkumpul bagian belakang dan tali jam. Padahal hal ini tidak terjadi pada smartband dan smartwatch lain yang pernah dicoba.
Layar juga kadang tak responsif saat membalikkan tangan untuk melihat jam, sehingga harus disentuh. Meski demikian pengguna bisa mengaktifkan mode "always on" agar di layar jam agar tak mengalami kendala ini.
Amazfit juga memberikan fitur notifikasi pesan masuk dari ponsel. Untuk mengaktifkan fitur ini, pengguna harus mengaktifkan pengaturan di aplikasi Zepp. Sayang, pilihan "face" atau tampilan muka pada jam ini masih terbatas.
 Terdapat berbagai akses cepat yang bisa diakses pengguna di jam tangan ini. (dok. CNNIndonesia.com/Chandra) |
Baterai
Baterai smartwatch lebih besar dari GTS 2e. Dengan kapasitas 471mAh, tak heran jika jam tangan ini diklaim mampu bertahan hingga 24 hari.
Dari uji coba yang dilakukan selama satu minggu, perangkat hanya berkurang 11 persen dari pengisian penuh 100 persen, tanpa digunakan secara ekstrem.
Serupa dengan GTS 2e, pengguna bisa mengatur fitur apa saja yang ingin diaktifkan pada smartwatch. Makin banyak fitur yang diaktifkan tentu akan berpengaruh pada ketahanan baterai. Pengguna pun akan mendapat notifikasi ketika akan mengaktifkan suatu fitur akan lebih menguras daya.
Untuk pengisi daya, Amazfit menyertakan pengisi daya magnetik yang akan langsung menempel di bagian belakang smartwatch. Keunggulannya, pengisian daya lebih mudah. Namun, jika bepergian dalam waktu lama, pengguna mesti menambah bawaan satu kabel lagi sebagai kelengkapan.
 Bagian belakang Amazfit GTR 2e (dok. CNNIndonesia.com/ Eka Santhika) |
GPS
Jam ini juga dilengkapi dengan GPS internal, sehingga pengguna bisa melacak rute saat berlari di luar ruangan tanpa harus membawa ponsel.
Namun, agar GPS bisa berjalan dengan akurat, pengguna perlu melakukan pembaruan software terlebih dulu. Jika tidak, jam malah tak bisa melacak rute berlari dengan tepat.
Saya sempat mencoba menggunakan jam tangan ini untuk berlari di luar ruangan tanpa membawa ponsel dan belum memperbarui software di GTR2. Hasilnya, yang tampak di peta saat disinkronisasi ke aplikasi Zepp hanya seperti bergerak di sekitar titik semula. Peta rute berlari baru bisa terlacak dengan sempurna setelah pembaruan aplikasi pada jam dilakukan.
 Charger magnetik bawaan dan kelengkapan yang disertakan pada kemasan Amazfit GTR 2e (dok. CNNIndonesia.com/ Eka Santhika) |
Fitur lain
Jam tangan ini sudah mengantongi sertifikasi 5ATM sehingga tahan air hingga kedalaman 50 meter.
Fitur yang disematkan pada jam tangan ini tak banyak beda dari GTS 2, mulai dari menghitung langkah, menghitung detak jantung, mengukur kadar oksigen dalam darah lewat perhitungan SPO2, hingga mengecek kualitas tidur.
Jam tangan juga dilengkapi dengan pengingat ketika pengguna terlalu lama duduk. Akan ada notifikasi getaran dan pengingat di layar jam agar pengguna bergerak. Fitur ini juga ada pada smartwatch lain dan yang dibanderol lebih murah. Jam tangan ini juga bisa memeriksa kadar stres.
Pengguna juga bisa mengatur target harian seperti jumlah langkah dan kalori yang terbakar. Jika memenuhi target, maka akan tercetak pada skor PAI (Personal Activity Intelligence). Jika pengguna sudah melebihi target, perangkat akan memberikan notifikasi lewat getaran.
Saat tidur, ia akan memantau kualitas tidur. Sehingga, pengguna bisa memantau berapa lama pengguna ada di level tidur lelap (deep sleep), tidur ringan (light sleep), REM, dan kapan terbangun.
Perhitungan kualitas tidur dilakukan dengan memantau detak jantung. Jadi ketika detak jantung sedang rileks saat baru bangun tidur, pengguna kerap terdeteksi masih dalam kondisi tidur, misal saat bermeditasi. Tapi, hal ini tidak terjadi pada smartwatch Amazfit saja.
Jam tangan pintar ini juga memiliki fungsi untuk mengendalikan musik yang dimainkan di ponsel. Dengan fitur ini, pengguna bisa menyetop, mengatur volume, serta memindahkan lagu ke track berikutnya atau track sebelumnya. Fitur ini menjadi jalan pintas ketika pengguna tidak bisa menjangkau ponsel.
Amazfit juga memberikan fitur pencarian ponsel melalui dering ponsel yang diaktifkan dari jam tangan. Sebaliknya, pengguna juga bisa mencari smartwatch dari ponsel.
 Smartwatch Amazfit GTR 2e Huami (dok. CNNIndonesia.com/ Eka Santhika) |
Aplikasi Zepp
Smartwatch besutan Huami ini terhubung dengan aplikasi Zepp. Saat pemakaian, aplikasi butuh waktu beberapa detik untuk melakukan sinkronisasi. Namun, waktu sinkronisasi ini terasa lebih lama dari aplikasi lain.
Selain bisa terhubung dengan produk Xiaomi. Saat dicoba, data dari Mi Fit bisa langsung tersinkronisasi dengan aplikasi Zepp. Selain itu, tanpa aplikasi Mi Fit pun data dari produk IoT Xiaomi lain bisa langsung terhubung. Misal, data komposisi tubuh dari timbangan pintar Mi Scale misalnya.
Aplikasi ini juga bisa terhubung dengan aplikasi pengukur kesehatan lain seperti Google Fit dan Strava. Dengan menghubungkan aplikasi dengan Google Fit, pengguna bisa menyatukan data kesehatan dari berbagai aplikasi berbeda. Sebab, tak semua aplikasi ini saling terhubung.
Jadi lewat Google Fit, pengguna bisa memantau semua data misal dari Huawei Health, aplikasi pemantau kalori makanan MyFitness Pal, Mi Fit, Zepp, dan berbagai aplikasi lain.
Di aplikasi ini, pengguna juga bisa memantau rute lari di luar ruangan yang sudah terekam oleh GPS Amazfit.
 Foto: (dok. CNNIndonesia.com/ Eka Santhika) Aplikasi Zepp Amazfit |
Kesimpulan
Amazfit GTS 2e dan GTR 2e secara keseluruhan menawarkan jam tangan pintar dengan desain yang menarik, bodi tipis, dan bobot lebih ringan. Pasalnya, jam tangan ini tidak menawarkan fitur tambahan seperti memori internal yang bisa menambah bobot dan tebal jam tangan.
Harga Rp1,7 juta yang dibanderol untuk jam ini pun cukup kompetitif. Namun, jika lebih mementingkan fungsi ketimbang estetik, Anda bisa memilih untuk membeli smartband yang dibanderol lebih murah. Tampilannya memang tak semewah jam tangan ini, tapi secara fungsi hanya beda-beda tipis.
Namun dengan harga empat kali lebih mahal dari smartband, Amazfit tentu dilengkapi dengan sensor-sensor tambahan yang tak ada di smartband. Beberapa sensor yang tak ada seperti sensor untuk mengukur elevasi atau ketinggian, GPS internal, plus rancangan jam yang lebih premium. Selebihnya, fitur pada jam tangan ini juga bisa didapat di smartband. Pilihan tergantung pada kebutuhan, selera, dan ketersediaan dana.