Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Agung Suprio mengatakan pihaknya membutuhkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk memantau semua saluran televisi digital usai kebijakan migrasi dari TV Analog.
"Beban KPI dalam memantau TV semakin banyak, yang dibutuhkan itu adalah AI untuk memantau semua TV degan cukup efektif," ujar Agung saat diskusi virtual Kominfo, Rabu (10/3).
KPI mengaku beban lembaganya akan semakin banyak dalam memantau penyiaran televisi di Indonesia usai TV Digital resmi digunakan 2022. Menurut Agung di DKI Jakarta sendiri saat ini sudah ada 60 TV digital yang beroperasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan menggunakan AI, KPI mengklaim akan mendapatkan laporan dengan efisien dan dapat langsung mengeksekusi program TV Digital yang melanggar.
"Inilah dampak dari migrasi," tangkasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan pihaknya memiliki obsesi ada keanekaragaman konten yang diproduksi stasiun televisi Indonesia di saat dilakukan Analog Switch Off (ASO). Ia berharap akan muncul konten yang beraneka ragam di antaranya seperti stasiun tv olahraga, pendidikan dan makanan.
"Berdasarkan survey yang kami lakukan di luar negeri kami melihat adanya keanekaragaman konten setelah adanya digitalisasi penyiaran, seperti tv olahraga, pendidikan, makanan dan lain sebagainya," ujarnya.
Namun ia berharap kepada pemerintah untuk dapat membagikan perangkat Set Top Box (STB) kepada seluruh masyarakat yang tidak mampu secara merata. Hal ini berbanding lurus dengan kekhawatiran penyedia siaran televisi swasta yang khawatir penontonnya tidak dapat menonton disaat ASO sudah dilaksanakan.
Di samping itu, kata dia, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) melaporkan beberapa daerah di wilayah perbatasan Indonesia masih masuk dalam daerah blank spot yang artinya tidak memiliki jangkauan untuk menikmati siaran nasional.
Agung berharap agar di daerah perbatasan itu punya tv digital atau STB sehingga masyarakat dapat menikmati tayangan TV nasional.