Terkait dengan mutasi, Yin mengingatkan hal itu merupakan fenomena alam. Dia berkata mutasi virus dapat terjadi terus menerus. Dahulu, kata dia virus hanya endemik secara lokal, dan tingkat mutasinya rendah. Dengan lebih dari 100 juta kasus di seluruh dunia, peluang mutasi pasti meningkat.
Di sisi lain, Yin tidak meminta publik untuk menggunakan vaksin Sinovac. Banyaknya vaksin Covid-19 yang beredar saat ini, kata dia adalah berkah bagi masyarakat.
"Vaksin apa pun yang Anda pilih, baik di China atau di seluruh dunia, merupakan berkah memiliki vaksin yang tersedia," ujar Yin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yin pun membeberkan alasan Sinovac masuk ke Eropa dan Amerika Serikat. Dijelaskannya hal itu terkait dengan kemapuan produksi dan permintaan.
"Ketika kami melakukan uji klinis Fase III, kami melihat negara-negara dengan penyakit parah, populasi besar dan tidak ada kapasitas pengembangan vaksin. Dan itu bukan negara Eropa atau Amerika. Jadi, tujuan utama kami sekarang adalah memvaksinasi lebih banyak orang di lebih banyak negara, bukan untuk masuk ke pasar tunggal mana pun," ujarnya.
Yin menyatakan perbedaan efektifitas vaksin CoronaVac yang menjalani uji klinis Fase III di Turki dan Indonesia merupakan hal yang wajar. Sebab, dia berkata risiko infeksi, komposisi populasi uji, dan tingkat pengawasan berbeda di berbagai negara.
"Fase III bukanlah kompetisi olahraga di mana Anda harus menjadi yang pertama untuk menjadi nomor satu. Sebagai gantinya, kami menggunakan beberapa set data untuk menganalisis kombinasi antibodi yang diproduksi setelah diberi vaksin," ujar Yin.
Yin berkata Sinovac harus melakukan studi klinis Fase III di luar China karena tingkat kasus Covid-19 yang rendah di China. Sedangkan Brasil, Chili, Indonesia, dan Turki dipilih karena situasi epidemi yang parah dan populasi yang besar.
(mik/mik)