Jakarta, CNN Indonesia --
Covid-19 semakin berkembang dengan cara bermutasi seiring penyebaran yang masif ke seluruh dunia. Kemunculan strain varian baru virus corona ini tidak mengejutkan para ilmuwan. Sebab itulah salah satu cara virus bertahan hidup.
Menurut Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan mutasi merupakan proses alamiah hasil dari perubahan kode genetik sebuah virus, yang ketika memperbanyak diri memiliki perubahan kode genetik.
Dicky mengatakan varian baru bukan berasal dari virus yang baru karena kandungan virus di dalam Covid-19 yang sudah bermutasi masih tetap sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang Ahli Virus dari Yale School of Public Health, Nathan Grubaugh mengatakan mutasi yang terjadi merupakan proses kembang biak dari replika virus itu sendiri. Menurutnya mutasi menjadi salah satu cara virus untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang baru.
Pada saat replika itu dibuat seringkali virus melakukan kesalahan. Kesalahan replika inilah yang disebut sebagai mutasi, yaitu perubahan material genetik antara virus baru dan orang tuanya.
Lewat jurnal ilmiah "We shouldn't worry when a virus mutates during disease outbreaks" (Kita tidak perlu khawatir ketika virus bermutasi selama wabah penyakit), Grubaugh dan peneliti lainnya menjelaskan bagaimana virus corona SARS-Cov-2 melakukan mutasi.
"Kecepatan mutasi virus atau perkembangannya bukan hal yang mengejutkan. Semua virus terus berevolusi dengan cara mutasi. Sehingga, seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena proses ini bersifat umum," kata Grubaugh.
Lebih lanjut ia menjelaskan melalui mutasi inilah virus SARS Cov-2 dapat menjadi pandemi di dunia, yang pada awalnya menular antar hewan. Namun mutasilah yang akhirnya membuat virus ini bisa ditularkan dari hewan ke manusia.
Kini beberapa mutasi virus corona sudah terjadi di beberapa negara di dunia. Di antarnya di Inggris dan Afrika Selatan. Pada negara tersebut virus bermutasi menjadi varian virus corona, yakni b117 hingga B1351 atau 501Y.V2.
Berikut 5 varian mutasi virus corona yang hampir tersebar ke beberapa negara di dunia dan sudah masuk Indonesia:
1. Mutasi B117
Indonesia mengkonfirmasi empat temuan kasus pertama mutasi virus corona B117 8 Maret 2021. Jumlah tersebut di luar dua kasus yang sebelumnya ditemukan di Karawang, Jawa Barat. Temuan didapatkan dalam kurun Januari hingga Februari 2021.
Pemerintah Indonesia juga menemukan 4 kasus terkonfirmasi kasus B117 di Palembang, Sumatera Selatan pada 11 Januari 2021 lalu.
Mutasi virus ini diketahui pertama kali ditemukan di Inggris dan kini menyebar luas ke beberapa negara. Sebagian negara juga telah melaporkan varian tersebut, termasuk di Malaysia dan Singapura.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memprediksi mutasi ini menjadi virus yang dominan di AS, hal ini terjadi karena varian itu bersifat lebih mudah menular.
2. Mutasi virus D614G
Mutasi virus Corona D614G disebut lebih menular 10 kali lipat dari virus aslinya. Corona jenis D614G ini juga ditemukan pertama kali di Inggris.
Deputi 7 Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto menduga varian baru corona jenis D614G sudah masuk ke Indonesia sejak September 2020 lalu. Varian jenis baru ini diduga ditemukan pertama kali di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
"Ada dugaan masuknya varian baru dari Covid-19 D614G yang terdeteksi awal September 2020 di Jogja dan Jawa Tengah," kata Wawan, dalam sebuah webinar belum lama ini.
3. Mutasi B 1.351
Mutasi virus Corona ini ditemukan para ilmuwan di Afrika Selatan, yang diberi nama B 1.351/ 501Y.V2. Varian ini juga disebut sebagai penyebab penyebaran virus Corona gelombang kedua di negara Afrika Selatan terjadi begitu cepat.
Varian ini sudah masuk dan terdeteksi di Thailand 15 Februari 2021. Pemerintah Thailand mendeteksi seorang pendatang yang terinfeksi virus corona jenis mutasi Afrika Selatan.
Petugas kesehatan Thailand menyatakan mendeteksi infeksi virus corona mutasi Afrika Selatan dari seorang lelaki pendatang asal Tanzania. Lelaki itu saat ini sedang menjalani karantina.
Pemerintah Afrika Selatan juga menghentikan penggunaan vaksin corona AstraZeneca karena dinilai tidak ampuh terhadap virus mutasi itu. Saat ini pemerintah belum mengkonfirmasi varian virus ini di Indonesia.
4. Mutasi B1.1.317
Mutasi ini merupakan virus yang diduga berasal dari Rusia dan sempat menulari lima warga Australia. Kelima kasus varian baru corona asal Rusia itu ditemukan daripenumpang penerbangan Qatar Airways yang mendarat di Brisbane pada Februari 2021.
Kepala Petugas Kesehatan Australia, Dr. Jeannette Young, mengatakan otoritas kesehatan berhasil melacak delapan orang yang melakukan kontak dengan lima pasien itu di Hotel Mercure Brisbane.
Kemunculan mutasi corona dari Rusia ini bertepatan ketika pemerintah Australia, terutama negara bagian Queensland, mulai melonggarkan aturan mengenai pertemuan.
Sejauh ini, belum banyak detail penjelasan terkait mutasi corona baru asal Rusia ini. Ilmuwan juga belum bisa memastikan seberapa menular dan mematikan mutasi Corona yang dikenal dengan sebutan B.1.1.317 dengan mutasi corona lainnya.
5. Mutasi N439K
Varian N439K dilaporkan sudah menyebar di 30 negara dan disebut lebih 'pintar' dari varian corona lain. Varian virus ini lebih pintar karena menurut Ketua Umum IDI Daeng M. Faqih mutasi membuat virus ini tak dikenali antibodi.
Varian virus corona ini pertama dideteksi pada Maret 2020 di Skotlandia, Inggris. Penelitian tentang varian ini sudah diterbitkan di Jurnal Cell sejak 25 Januari dan sudah ditinjau rekan sejawat (peer reviewed).
Sementara dari tingkat penularan, virus ini masih serupa dengan virus corona awal. Tidak seperti varian B117 yang juga berasal dari Inggris yang punya kemampuan penularan lebih tinggi.
Peneliti menunjukkan bahwa mutasi ini memberikan resistansi terhadap antibodi serum dan banyak antibodi monoklonal penawar, termasuk salah satu bagian dari pengobatan yang diizinkan untuk penggunaan darurat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS).
Temuan penting dari makalah penelitian ini adalah tingkat variabilitas yang ditemukan pengikatan Reseptor Immunodominant (RBM) pada protein spike virus Corona.
Setelah ditelusuri, varian ini merupakan garis turunan kedua dari varian B.1.258 yang telah muncul secara independen di negara-negara Eropa.