Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,1 mengguncang kawasan selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, sekitar pukul 14.00 WIB, Sabtu (10/4). Getaran gempa terasa di sejumlah wilayah Jatim, bahkan sampai Yogyakarta hingga Bali.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat enam orang tewas dan satu lainnya luka berat pada bencana kali ini. Sementara sejumlah bangunan mengalami kerusakan.
Lihat juga:PVMBG Ungkap Penyebab Gempa Bumi di Malang |
Berikut ini kami rangkum delapan fakta mengenai gempa Malang, menurut Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gempa terjadi siang hari pukul 14.00 WIB dengan magnitudo 6,1 setelah sebelumnya sempat disebutkan 6,7. Pusat gempa terletak di laut pada jarak 96 km arah Selatan Kota Kepanjen, Malang, Jawa Timur, pada kedalaman 80 km.
Gempa selatan Malang ini bukan termasuk Gempa Megathrust, melainkan Gempa Menengah di Zona Beniof. Itu karena deformasi atau patahan batuan yang terjadi berada pada slab lempeng Indo-Australia yang menunjam dan tersubduksi menukik ke bawah Lempeng Eurasia di bawah lepas pantai selatan Malang.
Mekanisme sumber gempa ini berupa pergerakan sesar naik (thrust fault). Mekanisme sumber sesar naik sebenarnya sensitif terhadap potensi tsunami.
Namun, gempa ini berada di kedalaman menengah dan dengan magnitudo 6,1 sehingga tidak cukup kuat mengganggu kolom air laut, sehingga gempa tidak berpotensi tsunami.
Dampak gempa ini mencapai skala intensitas maksimum V-VI MMI (dalam peta tingkat guncangan berwarna kuning) sehingga gempa berpotensi merusak. Estimasi peta tingkat guncangan BMKG yang dikeluarkan 15 menit setelah gempa cukup akurat dan ternyata benar gempa banyak menimbulkan kerusakan bangunan rumah.
Gempa ini memiliki spektrum guncangan yang luas sehingga bisa dirasakan hingga daerah Banjarnegara di barat dan Bali di timur. Adanya spektrum guncangan yang luas berkaitan dengan hiposenter gempa yang cukup dalam.
Hasil monitoring BMKG hingga sore tadi menunjukkan telah terjadi tiga kali gempa gempa susulan (aftershock) dengan kekuatan kecil kurang dari magnitudo 4,0 yang tidak berdampak atau dirasakan.
Gempa selatan Malang ini kemungkinan sangat kecil untuk dapat memicu aktifnya gunung api, kecuali gunung api tersebut memang sedang aktif. Jika gunung api sedang tidak aktif maka gempa tektonik akan sulit mempengaruhi aktivitas vulkanisme.
Zona gempa selatan Malang merupakan kawasan aktif dan sering terjadi gempa. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Gempa Selatan Malang M6,1 ini berdekatan dengan pusat gempa merusak Jawa Timur yang terjadi pada masa lalu, yakni pada 1896, 1937, 1962. 1963 dan 1972.
(fra)