Jepang berencana untuk membuang lebih dari satu juta ton air radioaktif dari stasiun nuklir Fukushima yang hancur ke laut. Operator pembangkit listrik Tokyo Electric Power Company Holdings Inc (Tepco) dilaporkan membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk benar-benar dapat membuang air radioaktif itu ke laut.
Tepco diketahui telah berurusan dengan air radioaktif itu sejak gempa bumi dan tsunami melanda stasiun nuklir Fukushima tahun 2011.
Perusahaan telah menggunakan sistem pompa dan pipa darurat untuk menyuntikkan air ke dalam bejana reaktor yang rusak untuk menjaga batang bahan bakar uranium yang meleleh tetap dingin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir Reuters, Tepco akan menyaring air yang terkontaminasi radioaktif untuk menghilangkan isotop agar hanya menyisakan tritium, isotop radioaktif hidrogen yang sulit dipisahkan dari air.
Kemudian, Tepco akan mengencerkan air itu sampai tingkat tritium turun di bawah batas yang ditentukan, sebelum memompanya langsung ke laut.
Air yang mengandung tritium sebanrnya secara rutin dilepaskan dari pembangkit nuklir di seluruh dunia. Di Fukushima pembuangan air terkontaminasi ke laut telah diatur lewat regulasi khusus.
Selama ini, Tritium dianggap relatif tidak berbahaya karena tidak mengeluarkan energi yang cukup untuk menembus kulit manusia. Pada 2014, sebuah artikel Scientific American mengatakan tritium dapat meningkatkan risiko kanker ketika tertelan.
Sebelum mulai membuang, Tepco juga akan membangun infrastruktur dan memperoleh persetujuan peraturan. Selama proses itu, Tepco juga harus menggelontorkan uang sebanyak US$912,66 juta atau Rp13 triliun per tahun menyimpan air itu.
Setelah dimulai, pembuangan air akan memakan waktu puluhan tahun untuk diselesaikan, dengan proses penyaringan dan pengenceran bergulir, bersamaan dengan rencana penghentian pabrik.
Greenpeace mengatakan pemerintah Jepang seharusnya membangun lebih banyak tangki untuk menampung air itu daripada memilih opsi membuang ke laut karena lebih murah. Selama bertahun-tahun, serikat nelayan di Fukushima juga mendesak pemerintah tidak membuang air terkontaminasi itu ke laut.
Pada Oktober 2020, kepala serikat perikanan Jepang mengatakan bahwa melepaskan air itu akan menjadi bencana bagi industri.
Selain itu, Korea Selatan menilai keputusan tersebut dapat membawa dampak langsung dan tidak langsung pada keselamatan warganya dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan China mendesak Jepang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap rakyatnya sendiri, negara tetangga, dan komunitas internasional.