Tetapi CVST terjadi di antara sebagian wanita setelah menerima vaksin Corona Johnson & Johnson, barulah peneliti dapat membaca kemungkinan itu terjadi.
Regulator memperhatikan pola yang berbeda di antara semua kasus terkait vaksin. Selain CVST, pasien memiliki tingkat trombosit yang rendah. Sel darah yang tidak berwarna membantu pembentukan gumpalan.
"Jenis kombinasi trombosit rendah dan gumpalan darah sangat jarang terlihat di masa lalu, atau dalam situasi lain disebut sebagai fenomena autoimun. Tetapi sangat jarang," ujar direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA, Peter Marks kepada Business Insider.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah penelitian kepada 11 orang yang ditemukan pembekuan darah setelah menerima vaksin AstraZeneca, mereka semua dinyatakan positif antibodi terhadap trombosit yang sama.
"Apakah ada mekanisme reaktif berdasarkan adenovirus, dan apakah itu mengaktifkan trombosit. Itulah yang tengah mereka (peneliti) cari," kata Peter Gulick, profesor kedokteran di Michigan State University.
Sebagian besar kasus CVST terjadi setelah suntikan AstraZeneca pada wanita berusia di bawah 60 tahun, sementara enam kasus J&J dilaporkan terjadi pada wanita berusia 18 hingga 48 tahun.
Cherian mencatat bahwa wanita muda memiliki tingkat estrogen yang lebih tinggi, membuat mereka lebih cenderung memiliki respons kekebalan yang kuat.
Sementara itu, Gulick menunjukkan bahwa wanita memiliki lebih banyak reseptor sel-T, yang juga dapat mendorong sistem kekebalan untuk bereaksi secara agresif terhadap virus asing.
"Dugaan saya terletak di suatu tempat bagaimana sistem kekebalan kita merespons pada sekelompok individu mendapatkan vaksin," kata Cherian.
Kesimpulannya adalah perlu waktu bertahun-tahun untuk peneliti menentukan klasifikasi orang yang berpotensi terjadi pembekuan darah usai suntik vaksin.