Seringkali jumlah kerusakan yang dialami kapal selam tidak diketahui, yang berarti kapal selam tidak dapat dipindahkan karena dapat pecah dalam prosesnya. Penyelamatan kapal selam berkembang pada 1960-an setelah hilangnya dua kapal selam bertenaga nuklir Amerika, US Ships Thresher dan Scorpion.
Setelah mempertimbangkan berbagai opsi, USN mengembangkan Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV) atau kapal selam mini berawak yang dihubungkan dengan kapal DISSUB untuk mengevakuasi 24 orang sekaligus.
Angkatan Laut AS dengan HMAS Rankin Hawaii (RAN) dan Angkatan laut lainnya mengikuti jejak USN untuk mengembangkan kemampuan penyelamatan portabel sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angkatan Laut Inggris membuat kapal selam penyelamat yang dinamai (SRV). Kapal ini memiliki banyak modifikasi, seperti integrasi dengan kapal induk, Submarine Parachute Assistance Group (SPAG) dan Scorpio Remote Operated Vehicle (ROV).
SPAG berfungsi sebagai kemampuan pertama yang memberikan bantuan kepada DISSUB. Manfaat dari SPAG adalah bantuan dan koordinasi waktu yang tepat untuk menghindari Truculent atau Kosmsomlets lainnya.
Selain itu fungsi utama ROV adalah untuk memeriksa dan mensurvei DISSUB di dasar laut dan juga dapat membersihkan puing dari insiden tabrakan di bawah air, yang kemudian digunakan untuk membantu dalam memutuskan strategi penyelamatan yang sesuai.
Pada akhir tahun 2008 LR5 akan digantikan oleh NATO Submarine Rescue Service (NSRS), sebuah sistem yang dikembangkan bersama oleh Inggris, Perancis dan Norwegia. Sementara USN sedang mengembangkan Sistem Penyelaman dan Rekompresi Penyelamatan Kapal Selam (SRDRS).
Kedua sistem melakukan operasi penyelamatan dalam tiga tahap; pengintaian, penyelamatan dan dekompresi kru. Tahap pengintaian akan melibatkan ROV untuk menemukan DISSUB dan merekam data sebelum kapal berawak melakukan penyelamatan.
Sedangkan tahap terakhir, dekompresi kru, akan melibatkan ruang Transfer Under Pressure (TUP) yang memungkinkan kapal selam yang diselamatkan dipindahkan ke ruang dekompresi.
International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO), organisasi koordinasi internasional untuk operasi penyelamatan kapal selam dibentuk dengan tujuan utama membantu mengkoordinasikan misi penyelamatan kapal selam.
ISMERLO didirikan NATO dan Kelompok Kerja Penyelamatan Kapal Selam (SMERWG) pada 2003, setelah tragedi kapal selam Rusia, Kursk, yang tenggelam di Laut Barents dan menewaskan 118 awak di dalamnya.
ISMERLO didirikan untuk menyediakan layanan penghubung internasional demi mencegah dan merespons dengan cepat jika ada insiden kapal selam tenggelam. Berdasarkan situs ISMERLO, setidaknya 15 negara dan satu tim NATO siap untuk mengerahkan bantuan ketika ada panggilan darurat.
Kelima belas negara itu terdiri dari Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Swedia, Inggris, Brasil, Perancis, Italia, Rusia, Spanyol, Turki, dan Amerika Serikat.
Dengan lebih dari 40 negara yang mengoperasikan kapal selam, peran ISMERLO dinilai sangat penting. Hal ini terlihat bahwa organisasi tersebut merupakan bagian intrinsik dari latihan penyelamatan kapal selam di seluruh dunia, seperti BOLD MONARCH yang disponsori NATO.
Singkatnya, operasi kapal selam awal mengandalkan pelarian sebagai metode yang disukai untuk memulihkan kapal selam dari kapal selam yang dinonaktifkan. Namun, kecelakaan dan pengalaman praktis membuktikan bahwa penyelamatan dinilai perlu untuk dilakukan.