Jakarta, CNN Indonesia --
Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko mengungkapkan tiga arahan utama pembentukan lembaga yang baru saja dipercayakan padanya itu.
Pertama yakni konsolidasi sumber daya (manusia, infrastruktur, anggaran iptek untuk meningkatkan critical mass, kapasitas dan kompetensi riset Indonesia untuk menghasilkan invensi dan inovasi sebagai pondasi utama Indonesia Maju 2045.
Kedua, menciptakan ekosistem riset sesuai standar global yang terbuka (inklusif) dan kolaboratif bagi semua pihak (akademisi, industry, komunikas, pemerintah).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketiga, menciptakan pondasi ekonomi berbasis riset dan inovasi yang kuat, serta berkesinambungan dengan memfokuskan pada Digital Green Blue Economy," kata Laksana lewat keterangan tertulis, Rabu (5/5).
Laksana mengaku saat ini yang menjadi urgensi BRIN adalah segera meningkatkan riset dan inovasi, yang merupakan salah satu kunci untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tidak di ragukan lagi, bahwa penguasaan riset, teknologi dan penciptaan inovasi anak bangsa yang berkualitas, akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
"Melalui riset dan inovasi, BRIN ingin memberikan dampak ekonomi secara langsung kepada masyarakat Indonesia dan dunia, sehingga keberadaan BRIN akan dirasakan manfaatnya dalam jangka panjang," jelas mantan Kepala LIPI itu.
Lebih lanjut ia mengatakan Indonesia meyakini dapat mengejar ketertinggalan dari negara maju dalam bidang riset, inovasi, dan teknologi. Hal ini dikarenakan, Indonesia memiliki keunggulan sebagai negara dengan keanekaragaman hayati total (laut dan darat) terbesar kedua di dunia, setelah Brasil.
Bahkan Indonesia memiliki ranking 1 untuk keanekaragaman hayati daratan. Oleh sebab itu, diperlukan riset dan teknologi yang lebih massive, agar Indonesia tetap memacu kecepatannya untuk penciptaan inovasi, sehingga dapat menyusul kemajuan riset dan inovasi dari negara-negara maju lainnya.
Keberadaan BRIN dirasa sangat tepat untuk melibatkan semua pihak dari kalangan akademisi, bisnis, pemerintah, pihak swasta maupun komunitas.
Implementasi Digital, Blue, Green Economy akan mendukung inovasi anak bangsa yang lebih ramah lingkungan dan berkesinambungan, guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi, tidak saja di masa pandemi ini, tapi juga di masa yang akan dating.
Sebelum BRIN dibentuk, sangat dirasakan bahwa sumber daya untuk mendukung riset, teknologi dan inovasi, tersebar di penjuru Indonesia.
Dengan RD budget per GDP 0.25 persen dan tersebarnya sumber daya manusia, infrastruktur dan anggaran secara acak, maka akan sulit mengonsolidasikan Program-program Riset Inovasi Nasional (PRIN) untuk mendukung Indonesia Emas di 2045.
Oleh sebab itu, pembentukan BRIN saat ini di rasa sangat tepat dari segi timing dan momentum, karena jika tidak pernah di mulai, maka riset dan inovasi Indonesia akan semakin terlambat untuk berpacu landas (take off) menuju negara berbasis inovasi.
"Melalui konsep digital blue green economy, diharapkan keterlibatan masyarakat dan efisiensi sumberdaya secara berkelanjutan, dapat mencapai tujuan tersebut.
Jika memiliki ekosistem riset yang kuat dan menghasilkan inovasi yang mampu memberikan peningkatan kompetensi dari beberapa produk inovasi, Laksana yakin BRIN akan menjadi fundamental ekonomi Indonesia dengan fokus dan berbasis pada sumberdaya lokal," terang Laksana.
Lebih lanjut ia juga mendorong peran dan keterlibatan swasta dan juga komunitas, dalam mendanai serta melakukan riset dan inovasi penelitian dan pengembangan, sehingga ekosistem penelitian dan pengembangan di Indonesia semakin terbangun.
Sehingga ia berharap BRIN dapat menjadi fasilitator dan enabler yang bertanggung jawab melakukan konsolidasi dengan berbagai penelitian dan pengembangan (litbang).
Jika selama ini pihak swasta menganggap bahwa keikutsertaan dalam riset dan inovasi adalah high risk, sekarang BRIN dapat melakukan sharing sumberdaya (antara lain SDM, Infrastruktur dan fasilitas riset dan inovasi), sehingga inovasi-inovasi anak bangsa yang dihasilkan akan memenuhi kebutuhan masyarakat, dan lebih massive lagi untuk di implementasikan dan digunakan oleh masyarakat Indonesia dan dunia.
Dari Indonesian Gross Expenditure on Research and Development (GERD) diperkirakan anggaran riset pemerintah pusat baru mencapai 0,25 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Oleh karena itu BRIN akan merancang formula dan solusi agar riset tidak lagi tumpang tindih, less bureaucracy, dan diharapkan akhirnya Indonesia akan dapat memiliki anggaran GERD yang lebih baik lagi," klaim Laksana.
Saat ini dari 0.25 persen, 80 persen di danai oleh Pemerintah dan hanya sekitar 20 persen yang didanai oleh pihak swasta/komunitas. Di negara-negara maju, angka ini terbalik.
Pihak swasta dan komunitas sangat berperan untuk memajukan riset dan inovasinya. Jadi pembentukan BRIN akan mengarah kepada perbaikan anggaran riset dan inovasi, dan sekaligus juga mendukung terciptanya inovasi atau pembaruaan yang lebih massive.
Menurut Laksana, yang perlu diingat adalah inovasi tidak hanya di miliki oleh periset, perekayasa, inovaator yang berada di lingkungan BRIN; akan tetapi inovasi (kebaruan penciptaan dan idea) bisa dimiliki setiap individu, perseorangan, maupun kelompok swasta dan komunitas.
"Semua pihak yang terlibat dapat berkolaborasi dengan lebih baik lagi, dengan memanfaatkan BRIN sebagai enabler untuk perkembangan riset dan inovasi, guna mendongkrak Indonesia (kelompok Upper Middle Country) ke dalam kelompok Negara Maju, sekaligus menyongsong Indonesia Emas di 2045," demikian Laksana.
Kepala BRIN Beberkan 7 Target Badan Riset dan Inovasi Nasional
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Laksana Tri Handoko mengungkapkan tujuh target utama BRIN untuk pembentukan lembaga yang baru diembankan padanya, Rabu (5/5).
Ketujuh target itu disampaikanya pada saat pertemuan dengan para Kepala Biro Humas dan Kepala Biro SDM BRIN dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian (LPNK).
Target pertama yang ingin dilakukan oleh mantan kepala Lembaga Peneliti Indonesia (LIPI) yakni konsolidasi lembaga riset pemerintah utama pada 1 Januari 2022.
Kedua kata dia, transformasi proses bisnis dan manajemen riset secara menyeluruh untuk percepatan peningkatan critical mass sumber daya (manusia, infrastruktur, anggaran) serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Lebih lanjut ia mengatakan terjadinya refokusing pada riset untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi berbasis sumber daya alam dan keanekaragaman (hayati, geografi, kelautan)lokal, selain mengejar ketertinggalan iptek.
"Keempat menjadikan Indonesia sebagai pusat dan platform riset global berbasis sumber daya alam dan keanekaragaman (hayati, geografi, seni budaya) lokal," ujar Handoko lewat keterangan tertulis (5/5).
Kelima memfasilitasi dan enabler industri lokal dalam melakukan pengembangan produk berbasis riset, dan menciptakan industri dengan basis riset dalam jangka panjang.
Ia juga mengatakan akan menjadi platform penciptaan SDM unggul di setiap bidang keilmuan, dan entrepreneur berbasis inovasi iptek pada target keenam.
Ketujuh ia mengatakan akan meningkatkan dampak ekonomi langsung dari aktivitas riset dan menjadikan sektor iptek sebagai tujuan investasi jangka panjang dan penarik devisa.
Sebelumnya kepala BRIN mengungkap tiga arahan utama pembentukan lembaga tersebut. Tiga arahan dan target itu disampaikanya sesuai arahan dari Perpres Nomor 33 Tahun 2021 tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional.