Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menilai, riset pemanfaatan biodiversitas di Indonesia saat ini sangat kurang. Hal itu disebut menjadi salah satu fokus utama pembenahan di lembaga riset yang dipimpinnya.
"Selama ini kami sudah menjadikan biodiversitas sebagai salah satu fokus utama, tetapi riset terkait pemanfaatannya masih sangat kurang," ujar Laksana kepada CNNIndonesia.com melalui pesan teks (21/5).
Ia menjelaskan biodiversitas atau keanekaragaman hayati menjadi modal besar yang telah dimiliki Indonesia. Itu sebabnya salah satu fokus utama BRIN adalah menjadi pengungkit (enabler) ekonomi riil di sektor greenand blue economy berbasis pada sumber daya alam dan keanekaragaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan modal biodiversitas yang dieksplorasi nilai tambahnya dengan riset, menurutnya, Indonesia bisa melangkah lebih cepat dan mampu berkompetisi secara global.
Terlebih, kata Laksana, Indonesia merupakan mega biodiversity country peringkat kedua setelah Brasil untuk terestrial (daratan), dan bahkan peringkat pertama di dunia bila digabungkan dengan biodiversitas laut.
Lebih lanjut ia berharap dengan sumber daya hasil konsolidasi di BRIN, pihaknya dapat memperkuat riset untuk pemanfaatan. Sehingga Indonesia bisa menciptakan nilai tambah yang tinggi dari biodiversitas yang telah dimiliki.
Laksana membeberkan beberapa keanekaragaman hayati di Indonesia yang dapat dimanfaatkan. Misalnya BRIN melakukan uji klinis atas dua formula dari bahan alam dalam negeri yakni campuran meniran, sambiloto, dan jahe merah untuk menjadi imunomodulator Covid-19.
"Misalnya tahun lalu Tim kami melakukan uji klinis atas 2 formula dari bahan alam lokal Indonesia [campuran meniran, sambiloto, jahe merah, dll] untuk menjadi immunomodulator COVID-19," ujarnya.
Selain itu dia juga mengungkap ada tim yang tengah melakukan beberapa riset, yang salah satu kandidat risetnya dapat menjadi obat kanker.
"Ada juga Tim yang saat ini meriset kandidat obat kanker dari mikroba yang ada di Teluk Jakarta," tambah dia.
Meski saat ini terbilang banyak kerusakan alam imbas dari eksploitasi dan emisi gas buang yang berdampak pengurangan biodiversitas, menurutnya hal itu tidak menjadi masalah selama bisa dilakukan mitigasi dan kontrol.
"Itu [pengurangan biodiversitas] tidak masalah selama kita masih bisa melakukan mitigasi dan kontrol," pungkasnya.
Laksana menuturkan itulah salah satu pentingnya BRIN membangun kebun raya di berbagai daerah di Indonesia. Ia mengatakan salah satu fungsinya yakni untuk melakukan konservasi biodiversitas di luar habitat aslinya (ex-situ).
(can/fea)