Bandung, CNN Indonesia --
Semburat cahaya matahari pagi menyinari hamparan tebing batu yang berada di perbatasan Dago-Lembang itu. Surya dari ufuk timur perlahan membelai hangat berpadu hawa dingin khas Lembang.
Tebing yang terdiri dari susunan batuan yang menjulang itu dipenuhi vegetasi, tapi tetap terlihat kokoh dan eksotis. Pemandangan yang tidak bisa dilihat dari pusat Kota Bandung itu, bisa dilihat dengan mata telanjang di Gunung Batu.
Puncak Gunung Batu yang berada di ketinggian 1.338 mdpl ini sering menjadi lokasi yang sering dijadikan pengamatan bentang alam cekungan Bandung purba. Musababnya, dari titik ini bisa diamati seluruh daratan dan perbukitan yang mengelilingi cekungan Bandung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gunung Batu sendiri merupakan bagian dari patahan Lembang, sesar yang memang sempat menjadi buah bibir pada awal 2021 lantaran disebut akan menghasilkan gempa hebat.
Sesuai namanya, Gunung Batu merupakan bukit berupa dinding alam yang terdiri dari batu-batu raksasa. Lokasinya berada di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Desa Pagerwangi yang berada di bawah kaki Gunung Batu memiliki hamparan kebun-kebun sayuran dan rumah-rumah penduduk, dengan rumah-rumah berderet berdempetan.
Selain kawasan Lembang, bagian barat sesar juga merupakan daerah kawasan padat penduduk seperti kawasan Cihideung, Parongpong, hingga Cisarua.
 Foto udara Gunung Batu yang merupakan bagian dari Sesar Lembang di Pasirwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (7/3). (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI) |
Efek gempa Sesar Lembang
Berdasarkan penelitian, Patahan Lembang sepanjang 29 kilometer diprediksi bisa menimbulkan gempa hingga magnitudo 6,9. Gempa sebesar ini bisa mengakibatkan kerusakan yang cukup serius.
Hasil pemodelan peta tingkat guncangan (shakemap) oleh BMKG dengan skenario gempa dengan kekuatan Magnitudo 6,8 dengan kedalaman hiposenter 10 km di zona Sesar Lembang, menunjukkan bahwa dampak gempa dapat mencapai skala intensitas VII-VIII MMI atau setara dengan percepatan tanah maksimum 0,2-0,4 g.
Akibatnya, bisa menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Dinding tembok dapat lepas dari rangka, monumen atau menara roboh, dan air menjadi keruh.
Sementara untuk bangunan sederhana non struktural dapat terjadi kerusakan berat hingga dapat menyebabkan bangunan roboh. Secara umum skala intensitas VII-VIII MMI dapat mengakibatkan terjadi goncangan sangat kuat dengan kerusakan sedang hingga berat.
Cakupan wilayah terdampak tidak hanya Kabupaten Bandung Barat. Namun juga wilayah lain di Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung bagian utara, Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang bagian barat.
Warga minta kejelasan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandung Barat mengklaim sudah menyosialisasikan dan memasang rambu peringatan terkait Sesar Lembang di beberapa titik.
Namun, warga dan beberapa pelaku usaha di sekitar Lembang dan Cihideung mengaku belum mendapat sosialisasi dari Pemda, bahkan tak tahu kalau lokasi usaha mereka berada di dekat jalur patahan ini.
Hal ini seperti diungkap Khoerul (30), seorang warga Lembang, yang menyebut dirinya belum pernah menerima sosialisasi.
"Paling tidak kami (harus) diberikan penyuluhan terkait informasi gempa, karena sudah bermukim di sekitar kawasan sesar Lembang. Termasuk seperti syarat membangun bangunan tahan gempa," ujarnya saat ditemui Kamis, awal April lalu.
Selama ini, Khoerul tinggal di sana bersama keluarganya selama puluhan tahun. Ia baru menyadari ada ancaman gempa bumi yang berpusat tak jauh dari kediamannya berdasarkan tayangan di Youtube.
"Ya sejauh ini informasinya bersumber dari Youtube. Kalau enggak ya dari berita di televisi," ujarnya.
Warga Lembang lainnya, Tike (47) berharap pemangku kebijakan lebih arif dalam memberikan izin atas bangunan yang berdiri di sepanjang jalur patahan. Sehingga perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat.
"Peringatan tentang patahan Lembang lan sudah banyak diulas di media massa. Jadi sudah waktunya sosialisasi mengingatkan kembali ke masyarakat," kata warga Parompong itu.
Sita (55), warga Bandung juga menilai kurikulum terkait kebencanaan di masyarakat saat ini cukup rendah. Ia berharap edukasi dan aplikasi terkait mitigasi kebencanaan perlu diberikan kepada masyarakat.
"Selain sosialisasi juga harus diterapkan kurikulum kebencanaan di sekolah seperti yang dilakukan Jepang. Tujuannya untuk mengantisipasi jika terjadi bencana," ungkapnya.
Pelaku usaha teriak
 Horison Green Forest, salah satu penyedia jasa akomodasi di sekitar Lembang meminta pemerintah setempat lebih gencar lakukan sosialisasi ke pelaku usaha di sekitar patahan tersebut. (dok. Eka Santhika) |
Beberapa pelaku usaha yang ada di sekitar kawasan Sesar Lembang mendesak pemerintah daerah untuk lebih getol melakukan sosialisasi.
Pasalnya, mereka mengaku tidak mendapat informasi soal keberadaan Sesar Lembang yang ada di dekat lokasi usaha mereka.
"Sosialisasi (Sesar Lembang) belum sampai ke kita," jelas Resylia Martinez, General Manager Horison Green Forest yang berada di kawasan Cihideung saat ditemui pada pekan pertama April.
Ia pun meminta BPBD menginformasikan soal desa tangguh bencana, jika sudah dibentuk, kepada pelaku usaha yang ada di wilayah itu.
"Kasih tahu ke kita ini titik-titiknya. Jadi, begitu ada bencana kita tahu harus lari kemana, menghubungi siapa. Sebab tanggung jawab perhotelan cukup besar terhadap tamu," tegasnya.
 Rumah Stroberi yang berada di Cihideung juga berharap pelaku usaha diberi informasi peta jalur Patahan Lembang. (dok. Eka Santhika) |
Senada, Deputi General Manager Rumah Stroberi, Diky Hardiyanto juga mengaku penginapan dan lokasi wisata yang berada di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong itu pun belum mendapat sosialisasi.
"Sejujurnya sosialisasi tidak ada, saya tahu dari berita bukan dari instansi pemerintah," jelasnya saat dihubungi.
Ia berharap pemerintah bisa memberikan penjelasan kepada pelaku usaha soal pemetaan daerah yang terdampak paling besar jika terjadi gempa.
"Karena ini krusial, kami sebagai pelaku wisata di kawasan yang disana banyak pekerja dan tamu, kita perlu tahu, sehingga kita bisa melakukan tindakan evakuasi dan pencegahan" tandasnya.
Meski demikian, pengelola The Lodge Maribaya mengaku sudah mendapat penyuluhan. Head of Marketing and Communication The Lodge, Puji Fauziah menyebut sempat ada sosialisasi dari pemerintah daerah dan kampus.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandung Barat sendiri mengaku sudah melakukan sejumlah upaya mitigasi gempa Sesar Lembang.
Salah satunya menempatkan papan marka berwarna kuning di beberapa tempat. Dari pantauan CNNIndonesia.com, papan peringatan ini nampak di Gunung Batu dan Tebing Keraton.
Papan tersebut menandakan bahwa Gunung Batu merupakan zona Sesar Lembang. Disertakan pula kode QR yang terhubung dengan laman informasi Sesar Lembang dari BPBD.
Namun, dalam situs itu tidak disertakan dengan peta jalur Sesar Lembang, agar warga dan pelaku usaha bisa mengidentifikasi apakah lokasi mereka dilewati jalur Sesar Lembang atau tidak. Namun, BPBD mengakui kalau belum semua wilayah dipasang papan peringatan itu.
BPBD juga sudah menyiapkan rencana kontigensi yang disusun pada 2019 dan dapat menjadi acuan bila terjadi darurat gempa Sesar Lembang. Dalam renkon sudah terpetakan lokasi-lokasi titik kumpul termasuk jalur-jalur evakuasi.
"Dari 4 kecamatan di 19 desa, paling tidak ada satu titik di setiap desa untuk dijadikan lokasi titik kumpul," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Bandung Barat (KBB) Duddy Prabowo (10/4).
Ketika ditanya soal sosialisasi kepada warga dan pelaku usaha, Duddy mengaku terus melaksanakan setiap tahun. Selain kepada warga, menurutnya, informasi juga disebar ke sekolah, perkantoran, hingga pelaku usaha.