ANALISIS

Rem Mendadak Roda Otomotif Indonesia

CNN Indonesia
Rabu, 07 Jul 2021 19:18 WIB
Penjualan mobil diprediksi terganggu hingga ke level terendah usai penerapan PPKM Darurat.
Penjualan mobil yang kini didukung perpanjangan diskon PPnBM 100 persen bakal terganggu PPKM Darurat. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pasar otomotif nasional dinilai mungkin akan kembali ke masa krisis imbas rem darurat yang ditarik lagi oleh pemerintah melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai 3 Juli hingga 20 Juli.

Pada 2020, penjualan mobil terpangkas habis-habisan karena pandemi Covid-19 yang diikuti sejumlah pembatasan. Dealer-dealer tak bisa leluasa jualan, sedangkan perekonomian masyarakat terganggu dan minat beli anjlok.

Mengutip data retail atau penjualan dari dealer ke konsumen milik Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada 2020 penjualan jatuh nyaris 50 persen dibanding 2019.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2019 penjualan retail tembus 1.045.717 unit, sementara 2020 berhenti pada angka 578.762 unit.

Pada tahun ini penjualan mobil sebenarnya sedang mengalami pemulihan terbaik, terutama karena dibantu program diskon Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk pembelian mobil baru sejak Maret.

Pada Maret penjualan seketika melesat menjadi 77.515 unit dari sebelumnya hanya 46.943 unit pada Februari. Penjualan kemudian kembali naik pada April menjadi 79.499 unit, namun kembali turun pada Mei jadi 64.175 unit karena ritual tahunan libur Lebaran.

Pemerintah yang melihat perkembangan pesat penjualan mobil dan pergerakan industri otomotif telah memutuskan memperpanjang pemberlakuan diskon PPnBM sebesar 100 persen buat mobil baru maksimal 1.500 cc yang harusnya berakhir pada Mei.

Pada akhir 30 Juni, beberapa hari sebelum PPKM Darurat, pemerintah sudah mengeluarkan aturan perpanjangan diskon PPnBM 100 persen hingga Juni.

Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi menilai keputusan memberlakukan PPKM darurat yang diambil pemerintah sudah tepat. Gaikindo dikatakan mendukung keputusan tersebut meski diakui akan berdampak miring pada industri otomotif dalam negeri.

"Dan saya dari sisi pelaku industri menghormati keputusan pemerintah ini," kata Nangoi melalui sambungan telepon, Rabu (7/7).

Ia mengatakan sangat wajar bila PPKM darurat berdampak negatif terhadap penjualan.

"Otomatis penjualan mobil ngerem karena orang tidak datang ke showroom, kegiatan berkurang, dan bisnis juga yang tidak terlalu emergency sekarang kan juga tidak terlalu dijalankan. Intinya pasti akan ngerem," ucap dia.

"Tapi saya melihat bahwa di ujung jalan itu setelah ngerem ini membaik lagi. Daripada dibiarkan berlarut malah jebol di belakang," sambung Nangoi.

Nangoi belum dapat memprediksi seberapa jauh pengaruh PPKM Darurat sebab penerapan kebijakan masih dinilai baru berjalan sebentar.

Nangoi juga belum dapat memperkirakan apakah perlu pihaknya kembali merevisi target penjualan yang tadinya ditetapkan sebanyak 750 ribu unit pada 2021.

"Semua harus dihitung dulu, mungkin setelah Juli ketahuan," kata Nangoi.

Penjualan ke Level Terendah

Ekonom INDEF Nailul Huda menyebutkan tidak menutup kemungkinan imbas PPKM Darurat dan tingginya penularan Covid-19 membuat penjualan mobil nasional akan mencapai ke titik terendah. Hal ini berkaca pada kejadian saat awal pandemi pada Maret 2020.

Penjualan pada Maret 2020 diketahui mengalami penurunan drastis imbas menurunnya permintaan efek corona. Pada bulan itu juga kasus Covid-19 mulai terdeteksi di Tanah Air.

Penjualan retail mulai terpantau turun pada Maret menjadi 60.440 unit, sedangkan Februari masih berada pada angka 77.440 unit. Kemudian April penjualan terjerembab menjadi 24.275 unit, lalu semakin tersungkur pada Mei 17.083 unit.

Penjualan baru bergerak naik pada Juni atau saat pemerintah melonggarkan pembatasan, yakni menjadi 29.858 unit.

"Bisa jadi akan ke level kemarin juga kalau ada pembatasan terutama kalau tidak ada langkah strategis pemerintah dalam menangani pandemi atau melandaikan kurvanya," ucap Huda.

Kata Huda penjualan mobil nasional memang sebetulnya sudah memperlihatkan tren penurunan pada Mei meski ada relaksasi PPnBM dan saat itu belum diberlakukan PPKM Darurat. Kata dia hal tersebut disebabkan pada Mei kasus penularan Covid-19 naik.

"Mei sudah turun seiring adanya kasus meningkat tinggi kasus akan berpengaruh," ucapnya.

Huda menambahkan selama kasus penularan masih tinggi, insentif PPnBM untuk menyelamatkan penjualan mobil tidak akan banyak membantu.

"Dan saya rasa walau ada PPnBM ini, saya rasa tidak akan membantu banyak selama ada pembatasan. Punya mobil juga buat apa kalau ada pembatasan. Belum lagi kalau ada yang penghasilannya terdampak sehingga pengaruh ke daya beli secara langsung," tukas Huda.

Jualan Online Bisa Jadi Solusi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER