Ditolak Singapura, Studi Chili Sebut Vaksin Sinovac Efektif

CNN Indonesia
Jumat, 09 Jul 2021 13:40 WIB
Meski ditolak Singapura, studi di Chili menyebut vaksin Sinovac tetap ampuh mencegah kematian dan dirawat di rumah sakit akibat Covid-19.
Ilustrasi (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)

Efektif Terhadap Varian Delta

Juru bicara Sinovac Liu Peicheng meyebut laporan Reuters yang menyebut efikasi CoronaVac turun tiga kali melawan varian Delta tidak akurat dan lengkap. Ia menyebut hasil penelitian keampuhan vaksin terhadap varian Delta akan keluar dalam beberapa hari mendatang.

Ahli epidemiologi top China Zhong Nanshan mengatakan pada 28 Juni vaksin China efektif melawan varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India. Ia iuga mendesak lebih banyak orang untuk divaksinasi.

Semua vaksin COVID-19 yang ada dikembangkan berdasarkan varian yang beredar pada 2020, sehingga khasiatnya terhadap varian Delta sama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejauh ini belum ada penelitian yang membandingkan kemanjuran vaksin terhadap Delta. Tapi secara global disepakati vaksin yang ada tetap efektif terhadap varian Delta, dan WHO belum mengeluarkan peringatan untuk meminta produsen vaksin mengganti varianproduksi vaksin.

Seorang ahli imunologi yang berbasis di Beijing mengatakan secara teori vaksin yang tidak aktif membawa semua antigen virus, sehingga mereka dapat menetralkan cakupan varian yang lebih luas. Kemanjurannya melawan mutasi harus lebih baik daripada vaksin mRNA, tetapi ini membutuhkan evaluasi lebih lanjut.

Sejauh ini opini media mengenai Sinovac tidak menyurutkan kepercayaan publik Chile. Sudah 17.296 orang telah menerima satu dosis vaksin CoronaVac, dengan dua laporan efek samping tidak serius yang diterima, menurut kementerian kesehatan Chili.

Prasangka buruk

Sebelumnya beredar pemberitaan oleh media Barat yang mengaku mendapat bocoran memo di Thailand yang mendorong agar para pekerja medis mendapat suntikan vaksin tambahan.

Sebelumnya, para pekerja medis ini sudah mendapat suntikan dua dosis vaksin Sinovac. Namun mereka diminta untuk mendapat suntikan tambahan dari vaksin mRNA sebagai penguat (booster). Hal ini lantas menimbulkan kekhawatiran atas kemanjuran vaksin Sinovac.

Namun, kebenaran surat ini ditepis oleh pejabat kesehatan senior nasional Opas Karnkawinpong.

Namun, kepada Global Times, para ahli mengatakan praktik mencampur dan mencocokkan berbagai jenis vaksin telah menjadi praktik umum di banyak negara. Negara-negara seperti Singapura, Inggris, dan juga Hong Kong melakukan hal itu untuk meningkatkan efektivitas vaksin. 

Upaya pencampuran ini disebut tidak menjadi bukti penolakan atas efektivitas vaksin Sinovac. Peneliti China juga tertarik melihat apakah suntikan campuran dapat membawa respons kekebalan yang lebih baik atau tidak.

Kematian di Indonesia

Kabar seorang ilmuwan Indonesia yang mengepalai studi vaksin Sinovac diduga meninggal akibat Covid-19 menjadi pemicu bagi sejumlah media menantang CoronaVac.

Namun, Bio Farma, lembaga tempat Novilia Sjafri Bachtiar bekerja, belum dapat memastikan penyebab kematiannya. Apakah Novilia telah divaksinasi lengkap oleh Sinovac juga belum diketahui.

"Jika ini adalah kematian yang dikonfirmasi dari penyakit coronavirus setelah dua suntikan CoronaVac, kita kemudian dapat menyimpulkan bahwa Sinovac kurang dari 100 persen efektif dalam mencegah kematian," kata pakar imunologi anonim yang berbasis di Beijing.

Meninggalnya ilmuwan Indonesia itu tak menampik data uji klinis Sinovac sebelumnya. Selain itu, ada faktor lain sebagai penyebab kematian setelah suntikan yang sangat kompleks, mungkin termasuk penyakit, infeksi tak diketahui, kegagalan sistem kekebalan tubuh, atau reaksi lain terhadap obat.

Para ahli kini mengimbau media untuk berhenti memperkuat informasi bias, tidak menguntungkan, dan menyesatkan tentang vaksin China. Diminta juga untuk membangun kepercayaan masyarakat pada vaksin buatan China dan mengikuti data, serta pedoman ilmiah terutama pada saat vaksin melawan COVID-19 masih banyak.

(ryh/eks)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER