Jakarta, CNN Indonesia --
Kebutuhan konsentrator oksigen dan tabung oksigen likuid melonjak seiring dengan kenaikan kasus positif pasien Covid-19 di Indonesia.
Sebab, pasien Covid-19 dengan gejala berat membutuhkan oksigen medis untuk alat bantu pernapasan.
Berikut beberapa perbedaan tabung oksigen likuid dan konsentrator oksigen yang dibutuhkan dalam penanganan medis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oksigen Medis Cair
Oksigen tabung merupakan kandungan oksigen cair yang dapat ditampung dalam sebuah wadah silinder, dan dapat diisi ulang kembali.
Kebanyakan oksigen medis dibuat di pabrik. Untuk membuat oksigen medis biasanya dilakukan dengan mengubah udara yang kita hirup menjadi bentuk cairan. Caranya dengan berbagai kombinasi proses untuk mendinginkan udara hingga terkondensasi menjadi cairan.
Begitu gas berbentuk cair, para produsen menggunakan proses distilasi untuk memisahkan berbagai komponen gas yang sudah mencair itu. Distilasi dilakukan dengan mendidihkan cairan itu, sehingga mereka menguap sesuai dengan titik didih masing-masing gas.
Sehingga, akhirnya bisa dipisahkan kandungan oksigen murni saja yang bisa digunakan untuk medis.
Proses ini membutuhkan banyak energi dan fasilitas industri yang besar. Selain itu, oksigen cair ini mesti disimpan dan didistribusikan secara khusus, sebab oksigen sangat mudah meledak. Sehingga perlu penanganan transportasi dan distribusi yang hati-hati.
Di Amerika Serikat, distribusi dilakukan dengan pipa yang sangat kuat, di Eropa menggunakan tangki yang sangat besar, sementara untuk negara miskin dan berkembang biasanya menggunakan tabung.
Silinder portabel dapat diisi ulang di rumah dari sumber oksigen cair dengan menggunakan katup khusus, tetapi tidak dari tabung gas besar atau konsentrator oksigen.
Tabung oksigen silinder perlu dijauhkan dari panas. Sebab, hal ini bisa meningkatkan yang menyebabkan peningkatan tekanannya. Bila oksigen digunakan lebih dari 8 jam sehari menjadi lebih murah serta lebih nyaman untuk menyediakan konsentrator oksigen di rumah.
Konsentrator oksigen merupakan alat yang dapat mengubah udara menjadi oksigen medis dengan cara mengambil udara dari luar, memprosesnya menjadi oksigen utuh, dan membuang sisa gas atau komponen lain dari udara. Alat ini bekerja dengan disambungkan atau dicolokkan langsung ke aliran listrik.
Alat ini memisahkan kandungan nitrogen dari udara di udara bebas. Sebab, 78 persen udara yang kita hirup sehari-hari berisi nitrogen.
Dikutip NCBI, dalam konsentrator oksigen saringan molekul menghilangkan nitrogen dari udara dengan memberikan 95 persen oksigen, 5 persen argon.
Pada laju aliran oksigen yang lebih tinggi, konsentrasi oksigen disebut akan turun menjadi 85-90 persen.
Pemisahan dilakukan menggunakan sejumlah membran. Membran ini berupa material berpori dan filter. Konsentrator mengandung aluminium silikat sintetis (zeolit) yang menjebak molekul gas berdasarkan ukuran dan polaritasnya.
Lantas, alat ini bisa menghasilkan oksigen dengan kadar 95 persen, sebab dalam udara yang dihasilkan masih ada kandungan gas lain, utamanya argon.
Namun, mengutip The Conversation, kandungan oksigen itu cukup baik untuk digunakan sebagai respirator dan ventilator. Keuntungan alat ini, pasien bisa menggunakannya sendiri di rumah atau untuk penggunaan rumah sakit.
Dengan Berat sekitar 10 kilogram dan memiliki troli beroda. Konsentrator harus ditempatkan di area yang berventilasi baik dengan selang yang memadai dan dengan banyak saluran keluar untuk memberi keleluasaan gerak pasien.
Kebutuhan dan penggunaan oksigen harus dipantau setidaknya setiap tahun.
Keuntungan Konsentrator
Konsentrator oksigen adalah alternatif termudah untuk mendapat oksigen dengan kadar yang cukup tinggi.
Selain itu, Konsentrator bersifat portabel dan tidak seperti LMO yang perlu disimpan dan diangkut dalam tanker kriogenik, tidak memerlukan suhu khusus. Dan tidak seperti silinder yang membutuhkan pengisian ulang, konsentrator hanya membutuhkan sumber daya untuk menarik udara sekitar.
Selain itu, meski harga alat ini lebih mahal, namun pengguna hanya perlu membeli sekali dan bisa terus menerus menggunakan alat ini untuk memenuhi kebutuhan oksigen mereka. Hal ini dianggap lebih efisien ketimbang memasok oksigen cair terus menerus, seperti dilaporkan Indian Express.
Kekurangan konsentrator
Alat ini hanya dapat memasok 5-10 liter oksigen per menit. Sehingga, alat ini tak bisa digunakan untuk pasien kritis yang mungkin membutuhkan 40-50 liter per menit. Sehingga, alat ini cocok digunakan untuk pasien dengan gejala sakit sedang.