Para astronom dilaporkan telah menemukan Komet terbesar di alam semesta berukuran sekitar seribu kali lebih besar dari Komet lain dan tengah dalam perjalanan mendekati Bumi dan Matahari.
Komet yang dinamai Bernardinelli-Bernstein, itu dinamakan demikian karena ditemukan oleh mahasiswa pascasarjana jurusan fisika dan astronomi Universitas Pennsylvania, Pedro Bernardinelli dan Profesor Gary Bernstein.
Tim peleniti menemukan Komet itu pada Juni lalu. Komet raksasa itu memiliki lebar 100 hingga 200 kilometer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komet yang tidak biasa ini diprediksi memiliki jarak terdekat dengan Matahari pada 2031. Meski berukuran sangat besar, tetap diperlukan teleskop yang besar untuk bisa diamati dari Bumi.
Komet raksasa yang dikenal sebagai C/2014 UN271 berasal dari pinggiran Tata Surya, Oort Cloud (awan oort). Oort Cloud adalah cangkang bulat yang berisi berbagai objek es dan batuan sisa pembentukan awal planet-planet yang berada di garis terluar Tata Surya. Para ilmuwan percaya dari sinilah Komet berasal, tetapi mereka tidak pernah benar-benar mengamati objek di dalam Awan Oort.
Komet Bernardinelli-Bernstein sedang dalam perjalanannya menuju Matahari selama jutaan tahun.
Komet ini juga merupakan Komet paling jauh yang pernah ditemukan dalam perjalanan mendekati matahari. Sehingga, memberi para ilmuwan kesempatan untuk mengamati dan mempelajarinya selama bertahun-tahun.
Lihat Juga : |
Komet Bernardinelli-Bernstein ditemukan dalam enam tahun, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Dark Energy Camera, yang terletak di Teleskop 4 meter Víctor M. Blanco di Cerro Tololo Inter-American Observatory di Chili.
Data yang dikumpulkan oleh kamera itu dimasukkan ke dalam The Dark Energy Survey, sebuah kolaborasi lebih dari 400 ilmuwan di tujuh negara dan 25 institusi.
Kamera yang juga dikenal sebagai DECam, membantu memetakan 300 juta galaksi di langit malam yang menangkap Komet dan objek trans-Neptunan, atau benda langit es yang berada di sepanjang pinggiran tata surya, di luar orbit Neptunus.
Bernardinelli dan Bernstein menggunakan algoritma di National Center for Supercomputing Applications, di University of Illinois di Urbana-Champaign untuk mengidentifikasi objek trans-Neptunus.
Selama pekerjaan mereka, para astronom melacak 32 deteksi ke satu objek.
Dikutip CNN, Komet merupakan peninggalan es yang dikeluarkan dari tata surya ketika planet-planet raksasa terbentuk dan bermigrasi ke konfigurasi mereka saat ini.
Ketika Komet bergerak pada orbitnya mendekati Matahari, es di permukaan Komet menguap dan menciptakan ekor yang menjadi tampilan khas.
Komet itu berisi inti seperti "bola salju kotor" padat di pusatnya. Koma adalah awan gas yang terbentuk di sekitar inti saat es Komet menguap. Gas dan debu yang menguap juga didorong ke belakang Komet lalu menghasilkan dua ekor yang diterangi oleh sinar matahari. Ekor ini bisa ratusan atau bahkan jutaan mil panjangnya.
Pengamatan yang dilakukan menggunakan jaringan teleskop Las Cumbres Observatory di seluruh dunia membantu mengkonfirmasi status Komet aktif.
"Karena kami adalah tim yang berbasis di seluruh dunia, kebetulan saat itu sore hari, sementara yang lain tertidur. Gambar pertama Komet dikaburkan oleh garis satelit, dan hati saya kecewa. Tapi kemudian yang lain cukup jelas dan astaga: itu dia, pasti titik kabur kecil yang indah, sama sekali tidak tajam seperti bintang-bintang lainnya!" kata Michele Bannister, astronom di University of Canterbury di Selandia Baru, dalam sebuah pernyataan.
Perjalanan Komet dimulai lebih dari 6 triliun kilometer dari Matahari, atau 40.000 unit astronomi. Jarak antara bumi dan Matahari adalah satu satuan astronomi. Sebagai referensi, Pluto berjarak 39 unit astronomi dari matahari.
Dikutip Astronomy, Komet Bernardinelli-Bernstein saat ini berjarak sekitar 3 miliar kilometer, atau setara dengan jarak jarak Uranus dari Matahari. Pada titik terdekatnya pada 2031, jaraknya hanya sedikit lebih jauh dari jarak Saturnus ke matahari.
Kesempatan yang tidak biasa untuk mempelajari Komet inbound ini akan memberikan kesempatan kepada para astronom untuk lebih memahami asal usul dan komposisi Komet.
Komet baru terus ditemukan oleh pengamat amatir dan profesional menggunakan teleskop yang lebih besar dan lebih baik.
(can/eks)