WAWANCARA EKSLUSIF

Rahasia Sukses Vaksin Taiwan: Kolaborasi dan Berbagi Risiko

Dewi Safitri | CNN Indonesia
Selasa, 03 Agu 2021 10:15 WIB
CNN Indonesia berbincang dengan Direktur Pengembangan Bisnis Medigen, produsen vaksin yang telah mendapatkan izin darurat di Taiwan.
Ilustrasi vaksinasi di Taiwan. (REUTERS/ANN WANG)

Apa hal paling menguntungkan sekaligus paling menyulitkan dari proses pengembangan vaksin Medigen?

Keuntungannya jelas dari hubungan baik yang sudah dibangun dengan NIH di AS selama beberapa tahun dalam pengembangan vaksin demam berdarah. Karena hubungan ini, kami bisa memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang sudah dikembangkan oleh Barney Graham dan timnya di NIAID (Institut Penelitian Penyakit Alergi dan Menular, salah satu lembaga di bawah NIH) memungkinkan kami punya pijakan kuat mengembangkan antigen.

Antigen adalah dan merupakan bagian penting dari teka-teki besar membuat vaksin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang lainnya, tim kami juga bekerja sangat keras baik yang ada di MVC maupun mitra di luar. Kami sangat diuntungkan oleh fakta bahwa kami bisa bekerja langsung orang-per-orang meksi di tengah pandemi karena pemerintah Taiwan sukses membatasi transmisi lokal SARS-CoV-2 sepanjang 2020. Kemampuan menjaga SARS-CoV-2 tetap berada di luar perbatasan Taiwan ini adalah keberhasilan dan usaha yang signifikan otoritas kesehatan Taiwan.

Singkatnya: jaringan mitra yang kuat dan tepercaya, pengembangan teknologi dasar selama bertahun-tahun, dan kerja keras dimungkinkan berkat upaya menyeluruh otoritas kesehatan Taiwan untuk mencegah SARS-CoV-2.

Sementara tantangan yang paling sulit adalah pendanaan. Mengembangkan vaksin dan membawanya ke pasar butuh pembiayaan besar yang berisiko tinggi. Cara memperkirakan berapa besar biaya pengembangan vaksin kilat adalah dengan melihat jumlah dana yang disediakan oleh Operation Warp Speed (inisiatif pemerintah AS untuk percepatan penyediaan berbagai kebutuhan demi penanganan pandemi) termasuk klausul Perjanjian Pembelian Lanjutan (APA)-nya.

Hal yang sama bisa dilihat dari APA dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi Uni Eropa (CEPI). MVC, tidak menerima hibah miliaran dolar atau bahkan APA, dan karena ini perusahaan terdaftar di bursa, berarti harus menimbang risikonya. Sangat sulit untuk bersaing di pasar di mana kandidat vaksin gelombang pertama (setidaknya beberapa jenis diantaranya) menerima dana lebih dari USD10 miliar dana publik sehingga tidak ada risiko modal, belum lagi ada juga tekanan politik lokal dan regional yang lumayan keras dihadapi MVC.

Saat ini ada hampir 300 kandidat vaksin di dunia untuk melawan COVID-19, tetapi hanya sebagian kecil yang mendapat bantuan keuangan sehingga mereka maju pesat seperti sekarang ini. Kemungkinannya dari 300an kandidat vaksin ini sebenarnya ada yang bisa dan memang masih bisa menjadi kandidat kuat melawan COVID-19. Namun, mengingat berbagai hambatan, terutama soal modal, kemungkinan besar kandidat-kandidat ini tidak akan pernah sampai ke pasar dan kemungkinan besar akan mengakibatkan banyak perusahaan farmasi inovatif yang lebih kecil harus tutup.

Dalam hal awak dan fasilitas penelitian, apakah semuanya milik Medigen sendiri atau, seperti dalam pengembangan AstraZeneca, merupakan kolaborasi antara Medigen, Pemerintah, pihak lain?

Keberhasilan kandidat vaksin intramuskular kami didorong oleh kinerja MVC, tetapi juga merupakan kerja bareng banyak mitra, melintasi banyak benua. Meskipun MVC yang menanggung risiko modalnya, ada laboratorium, rumah sakit, CRO, mitra antigen dan adjuvan, produsen kontrak, lembaga pemerintah, dan lain-lain yang semuanya mendukung pengembangan vaksin kami.

Tanpa MVC dan mitra yang bekerja terus-menerus sepanjang waktu, kami tidak akan berada di posisi kami saat ini. Kami masih jauh dari selesai dan baru berada di pos pertama dalam proses maraton untuk mencapai tujuan membantu dunia kembali normal. COVID-19 terus bermutasi dan dengan demikian terus mengganggu kehidupan dan seluruh ekonomi, dan kami siap untuk terus berjuang dalam waktu yang panjang.

Apa yang Anda anggap sebagai pelajaran terpenting dari pengembangan vaksin Medigen dalam hal upaya penelitian?

Seperti pepatah lama: "Jika Anda ingin pergi cepat, pergilah sendiri. Jika Anda ingin pergi jauh, pergilah bersama-sama."

Memanfaatkan jaringan orang di banyak profesi adalah rahasia yang memungkinkan kami sampai di tempat kami sekarang ini. Kami masih punya kandidat vaksin COVID-19 tambahan yang tidak semaju kandidat intramuskular kami, dan prinsip sukses yang sama berlaku untuk kandidat vaksin tambahan ini: jaringan saling mendukung adalah kuncinya.

Tantangan bagi negara-negara berkembang dalam hal penelitian vaksin jelas adalah pendanaan, kemampuan, fasilitas. Melihat apa yang telah Anda capai sejauh ini, menurut Anda apa yang dapat dipelajari oleh negara-negara ini dari proses tersebut?

Anda harus menganalisis nilai apa yang dapat Anda sumbangkan dari posisi Anda saat ini dan dengan cepat. Mudah untuk menyalahkan ketiadaan fasilitas dan dana sebagai alasan, tetapi saya akan mendorong untuk fokus saja pada apa yang tersedia dan nilai apa yang dapat ditawarkan oleh negara yang kurang berkembang (baik dari swasta maupun pemerintahnya).

Dalam pengembangan vaksin untuk pemain non-big pharma (pabrikan obat besar) ada syarat utama untuk membangun jaringan kolaborator. Setiap jaringan yang baru dibuat memiliki kelemahan yang perlu diperkuat. MVC harus lebih dulu membuat jaringan seperti ini untuk sampai pada titik sekarang ini, karena tidak mungkin kami punya semua bagian jaringan tersebut secara internal.

Kadang jalan termudah adalah pasif dan tunggu saja negara/produsen lebih maju untuk risiko investasi pengembangan vaksinnya dan kemudian tinggal tunggu kiriman dari negara tersebut. Di MVC kami menghubungi beberapa negara berkembang sebelum menjalankan Uji Klinis Fase-1 2020 lalu, tetapi ajakan kolaborasi ini ditolak karena mereka memilih menunggu kandidat vaksin terkemuka yang saat itu sedang melakukan uji klinis di Eropa dan AS.

Alasan lain negara tersebut tidak tertarik karena pada saat itu tidak melihat kebutuhan mendesak vaksin karena wabah COVID-19 di negaranya belum gawat. Saat ditawari komitmen jangka panjang untuk mengembangkan basis manufaktur vaksin lokal, keinginan negara berkembang untuk berbagai risiko juga rendah. Padahal kami tidak minta modal langsung, hanya berbagi risiko dan komitmen untuk pengembangan vaksinnya.

Peran awal yang aktif dalam R&D pembuatan vaksin, mau berbagi risiko, akan memungkinkan negara-negara berkembang memperoleh akses langsung produsen vaksin. Semakin dini memasuki proses pengembangan, semakin rendah biayanya, tetapi juga semakin tinggi risikonya.

Ada 100-an kandidat vaksin COVID-19 saat itu, jadi bukan kekurangan jumlah, tetapi kurangnya kemauan untuk mendukung vaksin ini melalui jalur penelitian awal sampai tahap klinis.

Di mana saja sebuah hubungan prinsipnya sama: memberi dan menerima. Pertanyaan kuncinya adalah, apa yang dapat Anda sebagai produsen atau pemangku kepentingan sama-sama berikan untuk mendapat kandidat vaksin yang bisa segera dipasarkan di masa pandemi?

Jika tidak punya modal, apa yang bisa menggantikannya supaya bisa sama-sama menanggung risiko dan seberapa dini kerja sama ini diwujudkan? Banyak perusahaan farmasi kecil hingga menengah bersedia bernegosiasi dan berkolaborasi untuk membantu berbagi risiko dan sebagai imbalannya membantu negara kurang berkembang dalam pengembangan kompetensi dan produksi vaksin lokalnya.

(vws)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER