Pekan pertama pada bulan Agustus terdapat sederet fenomena langit yang dapat disaksikan di Indonesia. Dua di antaranya dapat disaksikan pada akhir pekan.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menjelaskan dua fenomena pada akhir pekan yakni 7 dan 8 Agustus, berkaitan dengan Bulan.
Pada fenomena ini, Bulan akan mengalami konjungsi dengan Polloux, bintang utama di konstelasi Gemini yang terjadi pada pukul 02:42 WIB dengan sudut pisah 3,1 derajat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian fenomena ini baru dapat disaksikan 45 menit sebelum Matahari terbit dari arah Timur-Timur laut, dengan sudut pisah 3,65 derajat, menurut laporan Pussainsa LAPAN.
Bulan dalam fase sabit akhir dengan iluminasi 2,8 persen, sementara Polloux memiliki kecerlangan +1,22. Fenomena ini sebelumnya terjadi pada 13 Juni, dan akan kembali terjadi pada Sabtu (7/8), 3 September dan 30 September 2021.
Fenomena fase Bulan baru atau juga disebut konjungsi solar Bulan merupakan konfigurasi ketika Bulan terletak di antara Matahari dan Bumi.
Mengingat orbit Bulan membentuk sudut 5,1 derajat terhadap ekliptika, bayangan bulan tidak selalu jatuh di permukaan Bumi ketika terjadi fase Bulan baru. Sehingga setiap fase Bulan baru, tidak selalu beriringan dengan gerhana Matahari.
Fenomena fase Bulan baru ini terjadi pada 8 Agustus pukul 20:56 WIB/ 21:56 WITA/ 22:56 WIT, dengan jarak 387.822 kilometer dari Bumi, dan terletak di konstelasi Cancer.
Kondisi langit pada Minggu (8/7) tengah malam, Saturnus dan Jupiter masih bertengger di ufuk tinggi masing-masing dari arah Selatan-Barat Daya dan Timur Tenggara.
Setelah itu, lima puluh menit kemudian Jupiter berkulminasi di arah Selatan, dan 15 menit sebelum Matahari terbit Saturnus sudah tenggelam terlebih dahulu di arah Barat-Barat daya sementara Jupiter terbenam satu jam setelah Matahari terbit.
Sementara itu menurut Planetarium Jakarta menyebut fenomena ini terjadi pada pukul 20:50 WIB, ketika Bulan telah terbenam pada pukul 17:48. Sehingga dalam sistem penanggalan Hijriah, bulan Dzulhijjah digenapkan menjadi 30 hari.
Selain dua fenomena ini, sebelumnya sudah berlangsung fenomena Oposisi Saturnus pada 2 Agustus. Fenomena ini berlangsung ketika Saturnus, Bumi, dan Matahari berada pada satu garis lurus.
Oposisi pada Saturnus sama dengan fase oposisi bulan atau purnama sehingga Saturnus dapat terlihat paling terang jika diamati dari Bumi.
(can/fea)