Sejarah Kelam Deretan Gerakan Antivaksin Sejak Abad 18

can | CNN Indonesia
Selasa, 10 Agu 2021 17:34 WIB
Gerakan penolakan terhadap vaksin tidak berlaku saat pemberian vaksin Covid-19 saja, namun sudah terjadi sejak abad 18.
ilustrasi vaksin. (CNN Indonesia/ Adi Maulana)

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis terkemuka The Lancet pada tahun 1998, menunjukkan bahwa ada hubungan antara autisme dan suntikan campak, gondok dan rubella yang dikenal sebagai vaksin MMR.

Setelah itu penelitian yang diungkap dalam makalah oleh Andrew Wakefield dan timnya mengklaim bahwa penelitian yang yang diunggah di Lancet merupakan penipuan. Kendati demikian penelitian yang diungkap Andrew ditarik kembali dan Andrew dicoret dari daftar medis.

Meskipun penelitian selanjutnya menunjukkan tidak adanya hubungan seperti itu, makalah palsu masih menjadi referensi untuk para kaum anti-vax.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Campak membunuh 207.500 orang pada 2019, melonjak 50 persen sejak 2016, dan membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi peringatan kepada beberapa negara untuk vaksinasi merespons sebaran penyakit campak.

2019 - Vaksin Flu Babi

Dikutip AFP, penemuan virus flu babi atau H1N1 pada tahun 2009 yang disebabkan oleh famili virus yang sama dengan flu Spanyol yang mematikan, menimbulkan kekhawatiran yang terbilang besar.

Namun begitu H1N1 berdasarkan penelitian lanjutan ternyata flu babi diklaim tidak mematikan. Hal itu membuat jutaan dosis vaksin yang telah diproduksi untuk melawan flu babi dihancurkan. Lantas kedua hal itu memicu ketidakpercayaan publik terhadap kampanye vaksinasi.

Masalah diperparah dengan penemuan bahwa salah satu vaksin yakni Pandemrix, meningkatkan risiko narkolepsi. Dari 5,5 juta orang yang diberi vaksin di Swedia, 440 harus diberi kompensasi setelah mengalami gangguan tidur.

2020 - Vaksin Polio

Setelah penyakit polio diberantas di Afrika sejak Agustus 2020 dengan menggunakan vaksin, vaksinasi polio masih menjadi momok yang menakutkan di Pakistan dan Afganistan.

Di kedua negara itu, mengutip France24, masih menjadi penyebab kelumpuhan anak-anak. Namun teori konspirasi anti-vaksin dianggap terus menghancurkan kehidupan.

Di Afghanistan, kelompok Taliban disebut telah melarang kampanye vaksin dan mengatakan bahwa vaksin itu merupakan cara Barat untuk mensterilkan anak-anak muslim di negaranya.

Sebelumnya, gerakan antivaksin Covid-19 masih terus bermunculan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Sejumlah aktivis dan musisi seperti Jerinx ikut menyuarakan antivaksin corona. Selain itu, di media sosial, kelompok yang percaya bahwa Covid-19 hanyalah konspirasi masih bertebaran.

Tokoh anti-vaksin paling terkenal di Amerika Serikat adalah keponakan eks Presiden AS John F Kennedy.

Robert F Kennedy, yang merupakan putra mantan Jaksa Agung AS itu secara beberapa kali menentang vaksin melalui media sosialnya. Halaman Facebook anti-vaksin Kennedy itu kini memiliki lebih dari 300 ribu pengikut dan masih aktif memberikan publikasi.

Facebook mengatakan tidak akan menghapus seluruh akun Kennedy dan saat ini tidak akan menghapus secara permanen akun Kennedy.

(dal)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER