Respons Ahli Pengaruh Kelompok Antivaksin bagi Herd Immunity

CNN Indonesia
Jumat, 15 Jan 2021 18:37 WIB
Herd immunity potensi gagal bila vaksinasi tidak mencapai 70 persen dari total masyarakat Indonesia.
Ilustrasi vaksinasi Covid-19. (Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia --

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyatakan gerakan antivaksin dapat mengganggu keberhasilan program vaksinasi Covid-19. Dia mengatakan gerakan antivaksin bisa mempengaruhi orang ragu dan menolak divaksin.

"Gerakan antivaksin tidak boleh dibiarkan lama. Karena ini akan mempengaruhi program vaksinasi," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Jumat (15/1).

Menurut Dicky harapan herd immunity potensi gagal bila vaksinasi tidak mencapai 70 persen dari total masyarakat Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah berencana melakukan vaksinasi terhadap 179 juta atau 70 persen penduduk untuk menciptakan herd immunity.

Dicky berkata gerakan antivaksin akan melakukan sejumlah cara untuk membuat orang lain menolak vaksinasi. Misalnya, contoh gerakan antivaksin dapat membuat teori konspirasi atau hoaks terkait vaksin.

"Inilah yang harus ditangani secara paralel atau sebelum program vaksinasi itu dilakukan," ujarnya.

Terkait dengan gerakan antivaksin, dia meminta pemerintah membangun komunikasi yang baik dalam menyerukan vaksinasi Covid-19. Komunikasi yang salah dapat membuat masyarakat ragu divaksin.

"Pendukung vaksin dan antivaksin adalah perang panjang. Sehingga setiap pelaksanaan vaksinasi direncanakan dengan matang." ujar Dicky.

Di sisi lain, Dicky mengingatkan pemerintah tidak asal memilih orang dalam mempromosikan vaksinasi. Kesalahan memilih akan menjadi senjata kelompok antivaksin untuk menggagalkan tujuan vaksinasi.

Dijelaskan Dicky herd immunity tidak bisa dicapai dalam waktu singkat, atau butuh waktu untuk sebuah populasi menjadi kebal terhadap virus.

Dicky menambahkan pengendalian pandemi harus fokus pada satu tujuan. Dia melihat fokus pengendalian pandemi di Indonesia bukan hanya pada sektor kesehatan, tapi juga ekonomi.

Beberapa hal yang membuat pengendalian tidak fokus adalah promo tiket perjalanan ketika ada larangan bepergian. Kemudian, ada pilkada hingga demo ketika tidak ingin memiliki klaster.

"Kita itu tidak konsisten dalam pengendalian pandemi," ujarnya.

Lebih dari itu, Dicky menegaskan vaksin bukan ujung tombak pengendalian pandemi. Dia mengatakan vaksin hanya salah satu penunjang. Strategi utama untuk mengendalikan pandemi adalah pengetesan, penelusuran, dan perawatan.

"Jangan dianggap ada vaksin ini sebagai solusi ajaib . Vaksin itu bukan ujung tombak pengendalian pandemi," tutup Dicky.

(jps/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER