Lutfi mengatakan rata-rata harga penjualan laptop di Indonesia mulai naik semenjak pandemi.
Menurutnya berdasarkan data yang dihimpun GFK, sebelum pandemi Covid-19 penjualan laptop di angka Rp5,5 juta menguasai pasar sekitar 40 sampai 50 persen. Namun anehnya, semenjak pandemi Covid-19 penjualan laptop dengan harga Rp5 juta itu turun hanya 20 persen saja.
"Surprisingly untuk notebook saat ini ya berdasarkan data GFK memang dulu sebelum pandemi kita angka penjualan notebook di angka 5,5 juta itu di sekitar menguasai sekitar 40-50 persen penjualan notebook di konsumen, tapi semenjak pandemi itu ada perubahan. Justru notebook di bawah 5 juta ke bawah itu kontribusi hanya 20 persen," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan saat ini kontribusi penjualan terbesar di angka Rp5 sampai Rp10 juta meningkat. Dengan begitu para vendor mengawali harga penjualan Rp6 jutaan menjadi titik awalan harga, lantaran menjual perangkat laptop dengan harga segitu dinilai mudah.
"Ya mungkin sekarang bujet untuk liburannya enggak ada, lalu dipindahkan. Dahulu liburan hampir tiap minggu kan. Itu salah satu alasanya bisa," tuturnya.
Sejalan dengan Lutfi, Senior Market Analyst IDC Indonesia, Stallone Hangewa, mengatakan permintaan akan laptop meningkat pesat setahun terakhir. Hal ini dikarenakan kebutuhan untuk bekerja dan belajar dari rumah akibat pandemi.
Stallone mengatakan fenomena itu tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di seluruh dunia.
"Demand akan laptop diseluruh dunia meningkat pesat setahun terakhir ini dikarenakan kebutuhan untuk bekerja dan belajar dari rumah akibat dari pandemi Covid-19," ujar Stallone kepada CNNIndonesia.com lewat pesan elektronik.
Dihubungi terpisah, pengamat smartphone, Lucky Sebastian, memandang fenomena ekspansi produk pada vendor ponsel ke penjualan laptop, sebagai kompetisi untuk menciptakan ekosistem kebersinambungan agar menunjang internet of things (IOT).
Saat ini para produsen teknologi berlomba untuk membuat seluruh perangkat yang dapat saling terhubung. Kini, beberapa produsen sudah membuat ponsel, laptop, tablet hingga earphone terhubung dalam satu ekosistem.
"Sekarang ini engga bisa HP doang karena bisa ketinggalan. Mereka ini akan berlomba bikin IOT seperti jam kemudian earphone, kemudian yang perlu untuk kerja lagi adalah laptop ya," ujar Lucky kepada CNNIndonesia.com lewat sambungan telepon.
Lihat Juga : |
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa nantinya laptop juga bisa terhubung dengan perangkat Android, yakni dengan link to windows. Hal itu disebut Lucky akan memudahkan pengguna untuk berpindah-pindah perangkat, namun data yang dibutuhkan tetap terhubung.
Meskipun Luck menilai pasar ponsel pintar masih tumbuh pesat, para vendor harus mencari cara untuk menarik perhatian pengguna, salah satunya dengan perbanyak varian IOT.
Di samping itu Lucky menilai, dengan adanya kelangkaan chipset untuk perangkat elektronik, memproduksi laptop disebutnya menjadi siasat para vendor untuk menutupi kurangnya produksi ponsel. Hal itu disebutnya untuk tetap mendapatkan revenue yang terus berkembang.
(can/ayp)