Soal Pilih-pilih Vaksin: Nilai Efikasi Bukan Harga Mati

CNN Indonesia
Selasa, 07 Sep 2021 06:57 WIB
Ahli mengungkap nilai efikasi vaksin bukan harga mati lantaran angkanya bisa berubah, sehingga warga tak perlu cemburu dan pilih-pilih vaksin.
Ilustrasi. Ahli mengungkap nilai efikasi vaksin bukan harga mati lantaran angkanya bisa berubah, sehingga warga tak perlu cemburu dan pilih-pilih vaksin. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Associate Professor Universiti Putra Malaysia, Bimo A. Tejo, mengatakan bahwa nilai efikasi vaksin bukan harga mati untuk menentukan satu vaksin lebih baik dari yang lain.

Efikasi merupakan efektivitas vaksin dalam setting uji klinis, terdapat dua istilah, ada yang namanya efikasi dan ada yang namanya efektivitas. Jadi ketika diuji klinis kita menyebutnya efikasi.

"Efikasi vaksin itu bukan harga mati, itu bisa berubah-ubah," kata Bimo kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (1/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, netizen riuh soal sikap warga yang saat ini cenderung membanding-bandingkan dan memilih-milih vaksin.

Hal ini muncul setelah vaksin yang memiliki nilai efikasi lebih tinggi seperti AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer masuk ke Indonesia. Ketiga vaksin ini memiliki nilai efikasi yang lebih tinggi dari Sinovac yang pertama kali ada di Indonesia.

Para netizen lantas mempermasalahkan orang-orang yang merasa cemburu dan tidak bersyukur karena tidak mendapatkan suntikan vaksin tersebut. Beberapa warganet juga mengingatkan untuk mengikhlaskan jika tidak mendapat suntikan vaksin yang dinilai lebih efektif seperti Moderna.

Nilai efikasi bisa berubah

Lebih lanjut Bimo menuturkan nilai efikasi vaksin tidak menjadi harga mati menilai kemanjuran vaksin karena angka ini bisa mengalami perubahan.

Sebagai contoh, vaksin Sinovac yang menunjukkan efikasi yang beragam di berbagai negara. Hal tersebut bisa terjadi karena protokol uji klinis yang berbeda di setiap negara.

Selain itu, melalui uji klinis dan vaksin diberikan kepada masyarakat luas, nilai efikasi juga bisa berubah karena kondisi masyarakat yang tidak sama dengan relawan uji klinis vaksin.

"Dalam uji klinis relawannya terkontrol, usianya dikontrol, kondisi mereka terkontrol, tetapi ketika diberikan kepada masyarakat luas, kita menghadapi kondisi masyarakat yang berbeda-beda. Ada orang dengan komorbid yang bermacam-macam, kemudian perilaku masyarakat yang berbeda-beda, dan juga adanya varian baru," ujar Bimo.

Lebih lanjut, Bimo juga menjelaskan bahwa varian baru juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan efikasi vaksin berubah. Sebagian besar vaksin yang ada saat ini dibuat ketika varian baru belum muncul, oleh karena itu saat varian baru seperti Delta muncul maka efikasi vaksin juga menurun.

Selama Efikasi di Atas 50 Persen, Vaksin Efektif

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
ARTIKEL
TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER