Lebih lanjut, Adaninggar juga memaparkan mengapa vaksin lain harus mendapatkan dua kali suntikan.
"Karena kalau dijadikan satu maka dosisnya akan lebih tinggi dan efek sampingnya juga akan lebih tinggi jadi mangkanya ada yang jadi dua dan ada yang dengan satu suntikan saja," katanya.
Meski demikian menurut Adininggar, tidak menutup kemungkinan jika kedua vaksin tersebut lantas harus disuntikkan dua kali. Hal ini terjadi jika terdapat penelitian lanjutan yang menunjukkan perlu diberikan dosis tambahan terhadap kedua vaksin itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya akan dilakukan dua kali suntikan dan ternyata efikasinya lebih baik, ya mungkin akan jadi dua kali suntikan. Jadi ini berdasarkan uji yang telah dilakukan, satu kali saja cukup untuk sementara ini," imbuhnya.
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dua merek vaksin virus corona J&J dan CanSino.
Kepala BPOM Penny K Lukito menyebut, penerbitan EUA itu telah melalui penilaian bersama Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) terhadap data mutu vaksin yang mengacu pada pedoman evaluasi mutu vaksin yang berlaku secara internasional.
"Badan POM kembali menerbitkan EUA bagi dua produk vaksin covid-19 yang baru, yaitu Janssen covid-19 vaccine dan vaksin convidecia," kata Penny dikutip dari situs resmi BPOM, Selasa (7/9) lalu.
Penny melanjutkan sebagaimana proses penerbitan EUA pada vaksin covid-19 sebelumnya, maka penerbitan EUA untuk kedua jenis vaksin ini juga telah melalui pengkajian yang intensif terhadap keamanan, khasiat, dan juga mutunya.
(mrh/eks)