Menurut laporan South China Morning Post, temuan itu muncul di tengah meningkatnya perhatian publik dalam mencari asal Covid-19.
Perdebatan ilmiah dan politik yang intens berfokus kepada apakah virus yang diperkirakan berasal dari kelelawar menular ke manusia secara alami atau merupakan hasil dari penelitian dan terjadi insiden kebocoran pada laboratorium.
Ahli biologi evolusioner dari University of Sydney, Edward Holmes menilai bahwa "studi yang sangat penting" sangat mendukung asal alami Sars-CoV-2 dari hewan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Holmes mengatakan kesamaan yang erat antara domain pengikat reseptor pada virus yang ada di kelelawar itu "benar-benar mengesampingkan isu" virus Covid-19 direkayasa di laboratorium.
Para ilmuwan enggan memberikan penilaian apakah virus yang mereka temukan itu mempunyai hubungan paling dekat dengan Sars-CoV-2 di seluruh genom. Sebaliknya, mereka mengatakan ternyata "sejarah evolusi Sars-CoV-2 lebih kompleks dari yang diharapkan".
Penemuan strain virus kelelawar yang dinilai masih mempunyai hubungan dengan virus Covid-19 yang ditemukan di China dan Laos berpotensi bisa ditemukan di wilayah lain. Para peneliti memperkirakan virus itu kemungkinan berkontribusi pada bagian yang berbeda dari Sars-CoV-2.
(can/ayp)