Dilansir dari Livescience, badai matahari merupakan fenomena yang umum terjadi. Fenomena ini terjadi saat Coronal Mass Ejections (CME) menyembur dari atmosfer terluar Matahari dan menerpa perisai magnetik Bumi.
CME merupakan gumpalan besar plasma yang keluar dari atmosfer Matahari dan membumbung dengan kecepatan ratusan hingga ribuan kilometer per detik di luar angkasa. Plasma sendiri adalah gas bermuatan listrik yang membentuk semua bintang di alam semesta.
Menurut NOAA, CME hanya membutuhkan waktu 15 hingga 18 jam untuk mencapai Bumi setelah terlepas dari atmosfer Matahari. Dan yg saat ini menerpa Bumi adalah empat CME.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari thehackpost, badai matahari lemah yang terjadi ini telah diprediksikan sebelumnya.
CME yang dilepaskan oleh Matahari menimbulkan badai yang menabrak dan sedikit menekan perisai magnetik Bumi. Imbas dari tabrakan tersebut, partikel-partikel Matahari bergerak dengan cepat di sepanjang perisai magnetik Bumi menuju ke kutub, dan membentur molekul atmosfer di sepanjang jalurnya.
Benturan ini menyebabkan molekul atmosfer melepaskan energi berbentuk cahaya yang berpendar dalam gelombang warna merah, hijau, biru, dan kuning. Inilah bagaimana sebuah fenomena aurora terjadi.
Badai matahari yang semakin besar akan menyebabkan aurora lebih bisa dilihat oleh wilayah yang lebih luas. Pada badai matahari super dengan level G5 yang menyebabkan aurora terlihat hingga ke kawasan khatulistiwa yang jauh dari kutub.
Sebagai contoh adalah badai geomagnetik pada 1859 yang dikenal dengan nama The Carrington Event. Selain menyebabkan aurora yang dahsyat, peristiwa ini juga mengganggu magnetosfer Bumi dan membakar sebagian besar kabel telegraf di masa itu.