Jakarta, CNN Indonesia --
Afganistan menjadi pemasok opium terbesar dunia sejak tiga puluh tahun terakhir.
Saat ini, sekitar 224 ribu hektare area di Afghanistan tercatat menjadi lokasi budidaya bunga opium poppy pada 2020. Luas area itu mengalami peningkatan sebesar 61 ribu hektare atau 37 persen jika dibandingkan 2019.
Bisa dikatakan, hampir seluruh provinsi provinsi utama di Afghanistan memiliki ladang opium. Wilayah barat daya tetap menjadi wilayah penghasil opium utama negara itu, yang menyumbang 71 persen dari total produksi opium di Afghanistan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah provinsi bebas opium di negara itu menurun dari 13 menjadi 12 pada 2020, dengan Provinsi Kapisa di timur laut kehilangan status bebas opium.
Dari data yang terkumpul, potensi produksi opium di Afghanistan diperkirakan bisa mencapai 6.300 ton. Tak heran jika Taliban bisa menambah jumlah tentara dan senjata.
Nilai produksi opium di tingkat petani pada 2020 diperkirakan mencapai US$350 juta, yang merupakan indikator penting bagi pendapatan petani secara keseluruhan dari budidaya opium.
Berbagai faktor mendorong penanaman opium di Afghanistan, seperti ketidakstabilan politik, kesempatan kerja yang langka, kurangnya pendidikan yang berkualitas dan akses yang terbatas ke pasar.Dengan US$55 per kilogram, harga di tingkat petani berada pada level terendah sejak awal pemantauan, menunjukkan bahwa situasi ekonomi petani opium yang miskin akan segera menjadi lebih buruk.
Temuan itu merupakan hasil studi Survei Opium Afghanistan bersama oleh Otoritas Statistik dan Informasi Nasional Afghanistan (NSIA) dan Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC).
Douglas Wankel, mantan pejabat lembaga narkoba Amerika Serikat (Drug Enforcement Administration/ DEA) menyebut bunga-bunga poppy untuk pembuatan opium ini tidak sulit untuk tumbuh.
"Mereka berkembang di daerah beriklim sedang, tetapi mereka juga dapat tumbuh di daerah subtropis dan tropis," jelasnya, seperti dikutip Live Science.
Sehingga, tak sulit untuk menumbuhkannya di wilayah Afganistan. Apalagi secara umum, area pertanian opium ini tidak memerlukan irigasi, pemupukan, atau insektisida untuk mendapatkan hasil opium yang baik.
Opium poppy tumbuh dengan baik di iklim sedang dan hangat dengan kelembaban rendah dan hanya membutuhkan air dalam jumlah sedang, sebelum dan selama tahap awal pertumbuhan.
Opium poppy adalah tanaman yang responsif terhadap matahari dalam jangka panjang. Dengan demikian, opium poppy membutuhkan hari yang panjang dan malam yang pendek sebelum mereka berbunga.
Jenis tanah ini memiliki sifat retensi kelembaban dan nutrisi yang baik, mudah dibudidayakan dan memiliki struktur yang baik untuk perkembangan akar.
Kelembaban yang berlebihan atau kondisi yang sangat kering akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman poppy, sehingga mengurangi kandungan alkaloid tanaman poppy dapat menjadi tergenang air dan mati setelah hujan deras di tanah yang drainasenya buruk.
Selain Afganistan, saerah penanaman ilegal utama berada di dataran tinggi Asia Tenggara daratan, khususnya Myanmar, Laos dan Thailand, serta daerah yang berdekatan di China selatan dan Vietnam barat laut.
Kemudian, di Asia Barat Daya, khususnya Pakistan, Iran, Afghanistan dan di Meksiko. Opium poppy juga ditanam di Lebanon, Guatemala, dan Kolombia.
Dataran tinggi di daratan Asia Tenggara, pada ketinggian 800 meter atau lebih di atas permukaan laut, merupakan daerah utama penanaman opium.
Sebagian besar opium poppy dari Asia Tenggara ditanam di Myanmar, khususnya di daerah Wa dan Kokang yang berada di kuadran timur laut Negara Bagian Shan di Myanmar.
Laos adalah negara penghasil opium ilegal terbesar kedua di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia. Di negara ini, poppy dibudidayakan secara luas di Provinsi Houaphan dan Xiangkhoang, selain enam provinsi utara Bokeo, Louangnamtha, Louangpnabang, Oudomxai, Phongsali dan Xaignabouli, seperti dikutip dari dokumen DEA.
Poppy juga ditanam di banyak daerah pegunungan terpencil di Thailand utara, khususnya di Provinsi Chiang Mai, Chiang Rai, Mae Hong Son, Nan dan Tak.