BRIN: Penurunan Tanah Jakarta Tak Sebesar Pekalongan
Profesor Riset bidang Meteorologi pada Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan, menyatakan land subsidence atau penurunan tanah di DKI Jakarta per tahun tidak sebesar di Pekalongan, Jawa Tengah.
Menurut Eddy, Pekalongan merupakan daerah yang mengalami penurunan tanah terbesar per tahun dibandingkan daerah lain di Kawasan Pantai Utara (Pantura) Jawa.
Eddy mengatakan, penurunan tanah di Pekalongan mencapai antara 2,1 hingga 11 sentimeter per tahun.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan penurunan tanah di kota-kota di Kawasan Pantura lainnya yaitu Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya.
"DKI Jakarta [0,1-8 cm/tahun], Cirebon [0,3-4 cm/tahun], Pekalongan [2,1-11 cm/tahun], Semarang [0,9-6 cm/tahun], dan Surabaya [0,3-4,3 cm/tahun]," demikian paparan Eddy Webinar Lecture Series Majelis Profesor Riset (MPR)-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berlangsung daring, Rabu (6/10).
Senada, Profesor Riset bidang Geoteknologi-Hidrogeologi, Robert Delinom, menyampaikan beberapa daerah di kawasan Pantura tercatat mengalami penurunan tanah yang signifikan seperti Jakarta (1-10 cm per tahun), Semarang dan Demak (1-10 cm per tahun), Indramayu (2-10 cm per tahun), serta Surabaya (1-2 cm per tahun).
Delinom menjelaskan, amblesan tanah yang terjadi di Jakarta terjadi karena kompaksi buatan, pengambilan air tanah, pembangunan, aktivitas tektonik.
Akan tetapi, Delinom mengatakan penyebab penurunan tanah yang utama di Kawasan Pantura ialah batuan lempung yang memang banyak ditemukan di kawasan bagian utara.
"Penyebab tanah turun memang ada yang paling berperan penting itu batuan lempung. Batuan lempung dapat banyak kita temui di bagian utara, daerah yang masih sangat muda batuannya," katanya.
(mts/ayp)