Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Zainal Arifin, mengatakan kontaminasi perairan Teluk Jakarta akibat paracetamol tidak terlalu berbahaya ketimbang pencemaran arsenik yang termasuk golongan logam berat.
Menurut dia pencemaran perairan akibat paracetamol memiliki tingkatan bahaya dari tidak signifikan hingga moderat.
"Arsenik (logam berat) sangat berbahaya, ... Sedangkan paracetamol ini insignificant hingga moderate," kata Zainal dalam acara virtual bertajuk 'Paracetamol di Teluk Jakarta pada Selasa (5/10) lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zainal dan ketiga rekan peneliti memaparkan hasil studi berjudul 'Konsentrasi Tinggi Paracetamol di Wilayah Perairan Teluk Jakarta, Indonesia'. Studi tersebut menyatakan sejumlah wilayah Muara Angke dan Ancol tercemar paracetamol dengan konsentrasi tinggi.
Menurut dia setiap senyawa bisa saja menjadi racun, tetapi yang membedakan adalah dosis.
"Setiap senyawa adalah racun, dosis yang benar yang membedakan racun dan obat," ucap Zainal
Peneliti Ekotoksikologi dari Institut Teknologi Bogor (IPB), Etty Riani, mengatakan paracetamol sebenarnya tidak berbahaya karena mudah larut dan tidak memiliki waktu paruh yang panjang. Waktu paruh yang relatif pendek membuat parasetamol menjadi senyawa yang mudah terurai.
Meski begitu, masih ada kemungkinan konsentrasi tinggi pada perairan tersebut terus terjadi jika sumber pencemar tidak dihentikan.
Zainal menjelaskan secara teori sumber sisa parasetamol yang ada di perairan Teluk Jakarta berasal dari aliran Sungai Ciliwung dan muara Sungai Angke. Aliran tersebut membawa kandungan paracetamol dari tiga sumber, yaitu ekskresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi.
Lihat Juga : |
"Dengan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan. Sedangkan sumber potensi dari rumah sakit dan industri farmasi dapat diakibatkan sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal, sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai," ungkap Zainal melalui keterangan resmi, Senin (4/9) lalu.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>