Para ahli memperkirakan sekitar 2 miliar tahun yang lalu, gunung berapi masih aktif di Bulan usai mereka meneliti sampel batu Bulan yang dibawa oleh misi Chang'e-5 China.
Hal ini berdasarkan perkiraan sejumlah ilmuwan China yang baru-baru ini memeriksa sampel batuan yang dikumpulkan dari Bulan. Hasilnya, mereka menemukan aktivitas vulkanik di Bulan ternyata berlangsung lebih lama dari temuan sebelumnya.
Prediksi soal aktivitas vulkanik di Bulan sebelumnya dilakukan oleh astronaut Apollo NASA pada 1960 dan misi tanpa awak Luna Uni Soviet pada 1970.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah batuan lava termuda yang didapat di Bulan," jelas Katherine Joy peneliti planet dari Universitas Manchester, Inggris, dan yang menjadi penulis pendamping studi tersebut.
Temuan ini selain mengungkap lebih jauh soal geologi Bulan, sekaligus membantu peneliti memahami sejarah sistem tata surya keseluruhan.
"Analisis baru dari batuan bulan menunjukkan bahwa mereka [gunung berapi] berusia sekitar 2 miliar hingga 1 miliar tahun lebih muda dari yang ditemukan sebelumnya. Sampel yang dikumpulkan adalah basal, batuan vulkanik yang terbentuk oleh pendinginan lava yang cepat," jelas Profesor Alexander Nemchin dari Universitas Curtin seperti dikutip The Guardian.
Batuan yang diteliti ini merupakan sampel yang diambil oleh Chang'e-5 dan dikirim ke Bumi Desember lalu. Chang'e 5 mendarat di Bulan pada 1 Desember dan kembali mengangkasa dua hari kemudian dengan membawa sampel batuan Bulan. Sampel ini dari sisi Bulan yang menghadap ke Bumi mendarat di wilayah Mongolia Dalam pada 16 Desember.
Setelah tiba di Bumi, para peneliti hanya mengambil sedikit fragmen dari batu seberat 2 kilogaram yang kembali ke Bumi.
Peneliti dari Curtin University, Alexander Nemchin, mengatakan bahwa penelitian tersebut menjelaskan sejarah bulan pada saat diperkirakan mendingin dan medan magnetnya berkurang.
"Harapannya adalah tubuh kecil menjadi dingin dengan sangat cepat dan mereka menjadi mati dan tidak ada yang terjadi," katanya.
Dia menerangkan, Bulan pada saat itu seharusnya dingin. Tetapi usia sampel menunjukkan ada sumber panas di wilayah tersebut untuk menjelaskan aktivitas vulkanik di Bulan ternyata terjadi lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
Aktivitas vulkanik di Bulan bukanlah konsep baru. Faktanya, para ilmuwan telah mengetahui selama beberapa dekade bahwa vulkanisme ada di sana. Yang menarik dari sampel terbaru ini adalah usia aktivitas vulkanik yang terdeteksi di dalamnya.
Antara program Apollo dan Luna, para astronom telah menentukan bahwa sebagian besar aktivitas vulkanik di Bulan terjadi antara 3,8 dan 3 miliar tahun yang lalu, dengan beberapa aktivitas tertua yang berusia lebih dari 4 miliar tahun yang lalu.
Dalam sampel yang dikumpulkan oleh Chang'e 5, ada jejak vulkanisme dari hanya 2 miliar tahun yang lalu. Itu masih lama sekali, tapi itu berarti lava mengalir melalui Bulan satu miliar tahun lebih awal dari yang kita duga sebelumnya.
Sampel terbaru ini diperoleh di wilayah Oceanus Procellarum di Bulan. Ini adalah area di sisi dekat Bulan dan satu-satunya dengan nama Oceanus.
Sekarang para astronom tahu ada aktivitas vulkanik di daerah ini satu miliar tahun yang lalu, mereka dapat menggunakan informasi itu untuk melihat kawah di Oceanus Procellarum, membandingkannya dengan kawah yang berusia sama di lokasi lain (seperti Mars), dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik. dari Tata Surya secara keseluruhan.
Meski demikian, masih tersisa banyak teka-teki mengenai Bulan yang belum diketahui para peneliti. Misal, mengenai apa yang mendorong aktivitas vulkanik ketika Oceanus Procellarum terbentuk. Sebab, di era itu seharusnya Bulan mulai mendingin dan magma yang keluar langsung membeku dengan cepat.
Selain itu, dua miliar tahun lalu, jarak Bulan-Bumi jauh lebih dekat dari saat ini.
"Kemungkinan setengah jarak yang ada saat ini," jelas Alexander Nemchin, seorang ilmuwan planet di Universitas Curtin di Perth, Australia, dan rekan penulis studi tersebut seperti dikutip Nature.
(mth/eks)