Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Adi Utarini sebagai salah satu anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri.
Saat ini ia menjabat sebagai Project Leader untuk Eliminasi Dengue Project-Yogyakarta, sebuah proyek yang menerapkan intervensi Wolbachia Aedes Aegypti untuk mengurangi kasus DBD di Yogyakarta, yang didanai oleh Tahija Foundation.
Di bidang penelitian, Adi bukan ilmuwan kaleng-kaleng. Ia masuk peringkat 311 peneliti Indonesia terbaik dalam semua mata pelajaran yang diterbitkan oleh Webometrics 2017. Dia juga telah menerbitkan karya penelitian sekitar 30 jurnal kesehatan internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada bulan lalu, Adi juga masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia versi Majalah TIME. Belakangan Adi meneliti bakteri Wolbachia yang mampu menghambat penularan kasus demam berdarah.
Perempuan yang akrab disapa dengan sebutan Prof Uut ini mengatakan penelitian nyamuk demam berdarah dilakukan selama 10 tahun. Penelitian dimulai pada 2011 dengan menyebarkan telur nyamuk Aedes aegypti wolbachia pada 2016-2020 di sejumlah wilayah Yogyakarta.
"Wolbachia dalam tubuh nyamuk, itu dia bekerja dengan menghambat perkembangan virus demam berdarah. Jadi virus tidak berkembang. Kalau nyamuk gigit manusia maka penularannya sangat terhambat," ungkap Prof Uut dalam wawancara bersama CNNIndonesia TV, dikutip Sabtu (18/9).
Dalam penelitian nyamuk demam berdarah, ia dan tim peneliti mencoba melepaskan dan meletakkan telur dari nyamuk di ember. Kemudian, ember dititipkan ke masyarakat.
Kemudian, Adi menjelaskan setiap dua minggu diganti telur, air, sehingga dengan berjalan waktu lebih kurang enam bulan. Tim peneliti menemukan seluruh nyamuk mengandung bakteri alami wolbachia.
Dari hasil penelitiannya terbukti angka kasus penularan demam berdarah dapat ditekan hingga 77 persen. Lalu Berdasarkan temuannya, ada intervensi nyamuk wolbachia dan tanpa intervensi wolbachia.
Dengan cara itu tim membandingkan berapa banyak yang terjadi kasus di wilayah yang intervensi wolbachia dan tanpa wolbachia.
Ia berharap pemerintah dapat selalu membuka jalan bagi penelitian seperti ini. Prof Uut juga meminta agar pemerintah menata ekosistem penelitian dan memberikan kebebasan peneliti berinovasi.
Adi lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada tahun 1989, kemudian menyelesaikan gelar master di bidang Kesehatan Ibu dan Anak dari University of College London pada tahun 1994 (British Council Awards), Master of Public Health pada tahun 1998 (STINT Awards), dan Doctor Filsafat dari Umea University Swedia pada tahun 2002.
Sederet penghargaan dianugerahkan kepadanya, seperti gelar profesor di bidang kesehatan masyarakat pada tahun 2011.
Dikutip situs resmi UGM, di bidang mutu pelayanan kesehatan Adi memimpin divisi mutu di Ikatan Rumah Sakit Indonesia, dan Jurnal Akreditasi Rumah Sakit bersama PKMK UGM.
Adi juga merupakan anggota Dewan Riset Nasional, dan ia sempat menjabat sebagai wakil dekan bidang penelitian, pengabdian masyarakat dan kerjasama di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada periode 2012-2016.
(can/eks)